Sabtu, 13 Februari 2010

3 MACAM HATI

Tiga Macam Hati
Perhatikan hatimu, karena perbuatanmu tergantung kondisi hatimu! Rasulullah Saullalahu alaihi wassallam mengingatkan kalau hati seseorang itu baik, maka seluruh perbuatannya akan baik, tetapi kalau ia rusak, maka seluruh perbuatannya akan menjadi rusak.

Dalam ayat 52-54 Surat al-Hajj, Allah Subhanallahu wa ta,ala berfirman tentang tiga macam hati manusia: Hati yang sehat, hati yang mati dan hati yang sakit.

Hati yang sehat adalah hati yang bersih dari segala macam penyakit. Ia tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah , bukan kepada keinginan dirinya sendiri. Perbuatan hati dan perbuatan fisiknya dilakukannya semata karena Allah Subhanallahu wa ta,ala. Kalau ia harus marah, maka ia marah karena Allah menyuruhnya. Kalau ia mencitai, maka ia mencintai karena Allah. Hawa nafsu tidak punya kuasa terhadap orang macam ini. Setan tidak bisa mendiktenya, karena ia telah benar-benar menjadi hamba Allah, bukan hamba hawa nafsunya apalagi hamba setan. Allah Subhanallahu wa ta,ala berfirman,
"sesungguhnya kepada hamba-hamba-Ku, engkau (setan) tidak memiliki kekuasaan".
(QS. Al-Hajr, 42).

Sementara itu, hati yang mati adalah hati yang keras bagi batu yang tidak menerima rembesan air. Cahaya hikmah tidak digubris oleh hati macam ini. Ia memperturutkan segala keinginan hawa nafsu, tanpa kekangan, tanpa hambatan, tidak peduli halal atau haram. Semuanya diterabas. Ia tidak peduli apakah segala perbuatannya mengundang murka Tuhannya atau tidak. Perbuatan hati dan fisiknya betul-betul dikendalikan oleh hawa nafsunya: cinta dan bencinya karena hawa nafsunya, melakukan atau tidak melakukan sesuatu juga karena hawa nafsunya. Ia lebih mementingkan kepuasan hawa nafsunya, ketimbang ridha Allah Subhanallahu wa ta,ala. Berteman dengan orang semacam ini adalah kecelakaan, karena ia adalah budak setan atau bahkan setan itu sendiri!

Sedangkan hati yang sakit menempati posisi antara dua macam hati di atas. Penyakitnya bisa parah, bisa juga ringan. Jika penyakitnya ringan, ia lebih dekat ke hati yang sehat. Tetapi jika penyakitnya parah, ia lebih dekat ke hati yang mati. Masih ada cahaya iman dalam hati yang sakit ini. Kadang-kadang ia mengikuti kehendak Tuhannya, namun kadang-kadang ia mengingkari dan menjauh dari ridha Allah Subhanallahu wa ta,ala.
Hati macam ini masih dihuni, misalnya oleh penyakit dengki, sombong, ingkar nikmat, dll. Orang yang punya hati macam ini mengaku beriman, tetapi masih korupsi, misalnya. Ada harapan sehat bagi hati macam ini, asal ia terus diobati; dibersihkan dari sifat-sifat yang tecela dan diisi dengan sifat-sifat yang mulia. Dengan demikian, ia bisa terus menolak bujukan berbuat maksiat dan mengamalkan perbuatan-perbuatan baik.

Tentu saja kita berharap tidak memiliki hati yang mati. Apalah gunanya badan hidup dan bergelimang kelezatan tetapi hati mati dan dimurkai Allah. Jika memang hati kita masih sakit, tentu saja harus kita lihat dulu seberapa parah penyakit yang kita derita. Bisikannya bisa kita dengar, apakah ia lebih sering membisikan kebaikan atau keburukan. Tentu saja kita berharap memiliki hati yang sehat. Inilah harta paling berharga yang bisa kita bawa sebagai modal keselematan kita kelak di akhirat.
Allah Subhanallahu wa ta,ala berfirman:

"pada hari ketika tidak lagi berguna harta benda dan anak-anak kecuali dia yang datang kepada Allah dengan hati yang sehat".
(QS. As-Syuara', 88-89).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar