Sabtu, 02 Januari 2010

Sphinx Agung Giza

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Sphinx Agung di Giza, Mesir
Sphinx Agung Giza adalah sebuah patung sphinx besar berbentuk separuh manusia, dan separuh singa yang terdapat di Mesir, di Dataran Giza, tepi barat Sungai Nil, dekat Kairo sekarang. Ini adalah satu dari beberapa patung terbesar di dunia yang terbuat dari satu batu utuh, dan dipercaya telah dibangun oleh Mesir Kuno pada milenium ketiga SM.
Nama yang digunakan bagi masyarakat Mesir Kuno untuk menyebut patung ini sama sekali tidak diketahui. Nama "sphinx" yang biasa digunakan diambil dari nama makhluk mitologi Yunani dengan tubuh seekor singa, kepala seorang wanita, dan sayap seekor elang, walaupun patung sphinx Mesir memiliki kepala laki-laki. Kata "sphinx" berasal dari bahasa Yunani (Σφιγξ — Sphinx, dari kata kerja σφιγγω — sphingo) yang berarti mencekik, karena sphinx dari mitologi Yunani mencekik orang yang tidak dapat menjawab pertanyaan teka-tekinya. Bagi beberapa orang, dipercayai bahwa nama ini merupakan perubahan kata dari bahasa Mesir kuno Shesep-ankh, sebuah nama yang diberikan kepada patung bangsawan pada Dinasti Keempat. Pada tulisan-tulisan abad pertengahan, nama balhib dan bilhaw yang menunjuk pada Sphinx dipergunakan, termasuk oleh sejarawan Mesir Maqrizi, yang menyarankan penyusunan bahasa Koptik, tapi istilah Arab-Mesir Abul-Hôl, yang diartikan sebagai "Bapak Teror," lebih banyak digunakan.

Biografi Syaikh Ahmad Husain Deedat



Pakar di bidang perbandingan agama. Argumentasinya mampu mematahkan lawan debatnya, baik dari kalangan Kristen/Katholik maupun Yahudi. Hidupnya diwakafkan untuk membela Islam sebagai agama yang benar. 

SYAIKH Ahmad Husain Deedat (Lahir 1 Juli 1918 di distrik Surat, India), terlahir dari seorang ibu bernama Fatimah dan ayah bernama Husain Deedat. Pada tahun 1927, keluarga Deedat hijrah ke kota Durban, Afrika Selatan. Di usia sekolahnya, Ahmad Deedat dikenal sebagai seorang siswa yang cerdas. Di Durban itulah Deedat disekolahkan di Islamic Center untuk belajar dan memperdalam Al-Qur’an, hadits, dan fikih.   

Orangtua Deedat tergolong sebagai keluarga kurang mampu. Karena itu, selain sekolah di pagi hari, di siang hingga sore harinya Deedat membantu ayahnya berjualan garam di kiosnya yang kecil di pinggiran kota Durban.Kios milik keluarga Deedat itu bersebelaahan dengan Lembaga Seminar yang mencetak para penginjil. Dari sinilah Deedat berinteraksi dengan para murid seminari tersebut. Ia sering diejek, diajak debat,dan Nabinya pun (Muhammad SAW) jamak menjadi bahan olok-olokan mereka. Mendapat perlakukan yang kurang menyenangkan tersebut Deedat kecil hanya termenung di malam hari.                                                                                   Air matanya pun kerap menetes ketika ia merasa tak mampu menghadapi segala cemoohan yang ditujukan kepada junjungannya, Rasulullah SAW.
Inilah yang memicunya secara serius mempelajari Al-Qur’an dan berbagai kitab Bibel. Dalam pencariannya itulah akhirnya Deedat menemukan buku  berjudul 'The Truth Revealed' (Izharul Haq) karya Hamid Kadri Al-Hindi, yang berisi tentang kegiatan misionaris Kristen di kawasan yang kemudian dikenal sebagai British India. Dari buku ini pula Deedat mampu menandingi para siswa di seminari. Hasilnya cukup membanggakan. 
Kalau sebelumnya para siswa seminari cenderung mencibir Islam, kini mereka melunak dan  menghormati Nabi Muhammad SAW.
Seiring dengan perubahan waktu, Deedat pun mendapat posisi penting di perusahaan meubel. Inilah yang menyebabkan ia bisa melanjutkan studinya yang terputus akibat kesulitan ekonomi waktu itu. Lalu, sambil bekerja, Deedat melanjtkan kuliahnya di Fakultas Seni yang didalamnya dipelajari pula matematika dan ilmu manajemen.
Dari kuliahnya ini pula Deedat mendapat ilmu logika yang membuatnya mampu merumuskan pikiran-pikirannya secara logis dan sistematis dalam mengemukakan gagasannya, baik tulis maupun oral. Untuk memperdalam ilmu perbandingan agamanya, Deedat terus belajar sendiri dan memperdalam bahasa-bahasa asing seperti Arab, Inggris, Perancis, Afrika, dan Ibrani. Lalu, untuk mengumpulkan dana yang lebih besar guna keperluan dakwah, Deedat mangadu nasib ke Pakistan, tahun 1949. Selama 3 tahun di Pakistan ia menjabat sebagai direktur perusahaan tekstil.

Setelah itu ia kembali ke Durban dan kembali menduduki posisi di perusahaan meubel yang dulu ia tinggalkan. Pada tahun 1956, Deedat memutuskan menjadi seorang pendakwah, yang mengkritisi ajaran Kristen/Katholik dan Yahudi.Ada pengalaman menarik ketika Deedat merintis dakwahnya. Waktu itu ia bekerja di Beare Brothers, sebuah perusahaan milik konglomerat Yahudi di Johanersburg, Ibukota Afrika Selatan. Dari sini ia sering berdialog dengan komunitas Yahudi, baik secara formal maupun informal.  
Keseriusan Deedat memperdalam ajaran Kristen dan Yahudi mengantarkannya sebagai seorang pakar di bidang kristologi dan Yahudisme. Ia lalu terjun total ke dunia dakwah Islam. Antara lain membuka kelas yang mengkaji tentang injil, memberikan ceramah dan perdebatan soal kitab suci umat Kristiani itu. Ia mendirikan pesantren pertamanya, Assalam, di bagian selatan Afrika yang memberikan pelatihan tentang pengembangan dakwah. Ia juga pendiri Organisasi Dakwah Islam terbesar di dunia, The Islamic Propagation Center International dan menjadi presiden organisasi tersebut.

Sepanjang hidupnya, Deedat sudah menerbitkan lebih dari 20 buku dan menyebarkan jutaan kopi tulisan serta pamflet ke seluruh dunia. Banyak karya-karya tulisannya yang diterjemahkan ke bahasa asing, seperti bahasa Rusia, Urdu, Arab, Bengali, Perancis, Cina, Jepang, Indonesia, Malaysia, Zulu, Belanda, Norwegia dan bahasa lainnya.
Selain itu, Deedat juga sudah memberikan ribuan ceramah dan kuliah hampir ke seluruh dunia dan namanya cukup dikenal dan dihormati di kalangan penganut Kristan Evangelis karena debat-debat publik yang sering dilakukannya. Karir Deedat dalam bidang perbandingan agama, telah membawanya melanglang buana ke lima benua. Ia melakukan dialog dengan para pemuka agama Kristen Protestan di Amerika dan Paus Paulus.Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, ketika berada di Arab Saudi bahkan secara pribadi menelpon Syaikh Deedat untuk memberikan selamat atas kontribusinya dalam mengembangkan pendidikan Islam.

Pada tahun 1986, Syaikh Deedat menerima penghargaan bergengsi King Faisal Award karena aktivitasnya yang luar bisa dalam dakwah Islam. "Dia adalah sebuh ikon. Saya pikir tidak ada seorangpun yang bisa menggantikannya," ujar rekan Sheik Deedat, Suleiman Vahed."Dia adalah orang yang sangat terkenal. Dia bisa saja mengendarai mobil mewah dan tinggal di rumah yang bagus, kalau ia mau. Tapi ia selalu menunjukkan kesederhanaan dan kerendahan hati sepanjang hidupnya," kata Raihana Badat, yang pernah menjadi tetangga Deedat dan sering menghadiri kegiatan di rumah Deedat. Raihana menambahkan, dalam situasi seperti sekarang ini, umat Islam sangat membutuhkan seorang pemuka Islam seperti Deedat.
Kesuksesan Syaikh Deedat ternyata tidak lepas dari dukungan sang isteri. Menantu perempuannya, Yasmin mengungkapkan, ibu mertuanya adalah kekuatan bagi Syaikh Deedat. "Beliau adalah seorang yang sangat positif dan terus bersikap positif ketika mendampingi sang suami sakit, beliau tidak pernah mengeluh dengan kondisi suaminya," papar Yasmin.Deedat dikenal sebagai seorang yang serius menekuni dan mengkritisi doktrin-doktrin teologi Kristen yang menurutnya banyak diselewengkan. Untuk kepentingan itulah  Deedat mendirikan Islamic Propagation Center Internasional, yaitu sebuah lembaga dakwah Islam yang berpusat di Durban, Afrika Selatan.Lebih dari 20 buku berhasil ditulisnya.
Sementara jutaan ekslempar buku itu dan rekaman video dibagi-bagikan ke seluruh penjuru dunia secara gratis.Debat-debat Deedat dengan sejumlah pendeta telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa asing lainnya. Selain itu, dia juga memberikan ceramah ke sejumlah negara khususnya negara-negara Barat yang menganut agama Kristen. Karir keterlibatan Deedat dalam meluruskan doktrin Kristen itu pertama kali terjadi di Amerika, yakni saat ia terlibat dialog dengan Paus II.

Pada tahun 1980, nama Deedat kian berkibar setelah terlibat debat panas dengan pendeta Jimmy Swaggart. Karena keberanian dan caranya berdebat yang kerapkali membuat para pendeta terpojok, Deedat pernah dilarang masuk ke Perancis dan Nigeria dengan alasan dapat memicu kerusuhan sipil.
Kembali ke haribaan-Nya
Syaikh Anmad Deedat memperjuangkan dakwah hingga ajal menjemput dirinya. Setelah menderita sakit dan kelumpuhan hampir 10 tahun lamanya, pada hari Senin, 8 Agustus tahun 2005 Syaikh Ahmad Deedat berpulang ke rahmatullah menemui Sang Khalik. Ribuan orang dari seluruh Afrika Selatan mengantar jenazah Syaikh Ahmad Deedat ke tempat peristirahatan terakhirnya. Keranda yang membawa tokoh cendiakawan muslim ini ditutupi kain berwarna hijau dan diusung dari tempat kediamannya di Verulam, Afrika Selatan, sekitar pukul 17.00 sore,  untuk disholatkan di mesjid Wick Street. Sholat jenazah itu diikuti oleh sekitar 1.000 orang jamaah dipimpin oleh ulama terkemuka asal Zambia Mufti Ismail Menk. Setelah itu jasadnya dimakamkan di pemakaman umum Islam Verulam.

Banyaknya para pelayat yang mengantarkan kepergiaan Syaikh Ahmad Deedat dikarenakan dirinya sangat dikenal sebagai pejuang dakwah. Kiprahnya dalam dakwah berhasil meningkatkan status warga muslim di Afrika Selatan, namanya dikenal juga oleh komunitas muslim di Asia.
Umat Islam sedunia berduka dengan kepergiaan Syaikh Ahmad Deedat. Deedat yang lama terbaring setelah diserang stroke pada tahun 1996, akhirnya wafat pada Senin pagi di usia 87 tahun.

Sebelum meninggal, da’i yang terkenal dengan serangan-serangannya terhadap teologi Kristen itu masih sempat melawat ke Australia.Anak lelaki Deedat, Yusuf, mengatakan bahwa ayahnya merasakan sakit sangat serius sejak tiga pekan sebelum ajal menjemputnya. "Dia wafat akibat gagal jantung," tambahnya. “Ibu saya dan saya bersamanya ketika ia wafat,” ujar Yusuf. Meninggalnya Deedat memberi inspirasi kepada banyak pendakwah di berbagai belahan dunia, bahwa mempelajari kitab agama lain adalah senjata untuk membela kebenaran Islam.

SAINS, SENI DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM


  A. Muqaddimah

Sains dan seni dalam Islam merupakan kesatupaduan (unitas) antara nilai kewahyuan dan kreatifitas kemanusiaan dalam mengembangkan potensi alam semesta. Proses pengembangan dan wujud dari puncak kemampuan semua ini selalu disebut sebagai peradaban. Kesemua fenomena di kalangan masyarakat Islam dalam mewujudkan hal ini, adalah sebagai sesuatu yang khas yang menunjukkan bahwa Islam sendiri adalah sebagai bagian dari sistem peradaban dunia. Karena dalam banyak hal, Islam memiliki sejumlah doktrin yang selalu mengarahkan pada semua penganutnya untuk mewujudkan kemampuan masing-masing semaksimal mungkin dalam aspek-aspek kebudayaan. Seperti semua seni Islam murni, apakah itu bentuk-bentuk arsitektur masjid, sya’ir-sya’ir alegoris sufi, dan sebagainya sampai pada bentuk-bentuk dan model alat pengembangan sains, astrobel, dan sebagainya kesemuanya bermuara sebagai bentuk-bentuk pengabdian pada nilai-nilai ilahiyah. Dengan demikian semua bentuk-bentuk sains dan seni dalam Islam secara keseluruhannya juga memanifestasikan pada pemanfaatan fasilitas alam semesta, yang secara tidak langsung juga memang berasal dari Allah SWT. Sehingga hampir tidak ada ruang untuk menjelaskan bahwa, berbagai bentuk sains dan seni dalam Islam bersifat secular atau terpisah dari pertanggungjawaban (para kreatornya) terhadap Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Ahli dalam semua hal 
wa fauqo kulli dzi ‘ilmin ‘aliim”(QS Yusuf).

Dalam tulisannya “ Art and Cultur in the Islamic World” Oleg Grabor menjelaskan, bahwa sains, seni dan budaya Islam jelas-jelas memiliki corak dan karakteristik yang berbeda dengan seni dan budaya masyarakat dunia lainnya yang lainnya, berikut sejumlah kekhasan dan keunikannya. Seperti halnya juga Kristen, Budha, Eropa, China dan sebagainya. Hal ini bisa dimengerti, karena semua bentuk-bentuk karya seni dan budaya bahkan sains dan teknologinya tidak semata-mata lahir dari dunia yang kosong atau hampa, tapi ia merupakan wujud dari hasil dialog antara idealitas dan system keyakinan si pencipta (kreator)nya dengan realitas dan tuntutan sejarah yang mengililinginya.
Sekalipun demikian bukan berarti sains dan teknologi serta seni dan budaya Islam sama sekali tanpa mengadopsi dari luar doktrin mereka, bahkan mungkin sebagian dalam hal-hal yang bersifat teknis hampir sepenuhnya juga berangkat dari luar doktrin. Karena doktrin-doktrin dalam Islam pada umumnya lebih bersifat dan bernuansa pada sesuatu yang lebih universal, dorongan kemajuan, tidak berbicara pada hal-hal yang bersifat teknis. Oleh karena itu para sarjana muslim sebagai kreatornya, telah mengambil dan mengadopsi unsur-unsur luar dengan begitu antusias, kemudian menyesuaikannya dengan konsep-konsep ajaran Islam itu sendiri.

B. Seni Dalam Islam

Berbagai gambaran al-Qur’an yang menceritakan begitu banyak keindahan, seperti surga, istana dan bangunan-bangunan keagamaan kuno lainya telah memberi inspirasi bagi para kreator untuk mewujudkannya dalam dunia kekinian saat itu. Istana Nabi Sulaiman as, mengilhami lahirnya berbagai tempat para khalifah atau pemerintahan muslim membentuk pusat kewibawaan, istana dengan berbagai “wujud fasilitas ruang” di atas kebiasaan rakyat biasa. Bahkan hadits Nabi SAW yang menyebutkan “Allah al-Jamiil yuhib al-jamal,” telah mengilhami banyak hal bagi para seniman muslim yang taat untuk mewujudkan sesuatu yang bisa dicintai Tuhannya. Asma-asma Allah SWT, seperti al-Jamiil secara theologies sangat membenarkan para kreator seni untuk memanifestasikannya dalam banyak hal.
Namun pada sisi yang lain, berbagai larangan Nabi SAW dan para ulama mereka untuk melukis dan menggambar mahluk hidup yang bernyawa/bersyahwat dalam mewujudkan corak keindangan ruangan ---meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya secara langsung dalam al-Qur’an---, kegiatan mereka dalam mewujudkan gagasan keindahan, tak pernah kehilangan arah. Kreasi dan potensi seni mereka, kemudian dialihkannya pada berbagai bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang indah dan rumit. Mereka membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik seperti gelas atau guci, karpet, dan sebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan atau tumbuh-timbuhan yang dianggap bukan sejenis hewan atau manusia. Khusus untuk ruangan-ruangan tertentu atau tempat-tempat yang dianggap layak, biasanya selalu diselipi atau bahkan dimunculkan ayat-ayat al-Qur’an, hadits atau kata-kata hikmah, dengan pola seni tulis (kaligrafi), diwany, kuufy, riq’y, naskhy, tsulusty, atau yang lainnya yang sangat indah. Semua ini merupakan bentuk-bentuk kesatupaduan antara nilai-nilai seni dan spiritual termasuk selipan nilai-nilai dakwah islamiyah secara umum. Berbagai desain interior muslim dimanapun, baik bangunan ibadah, istana maupun umum selalu menunjukkan muatan yang tak pernah kosong bagi para penghuninya, khususnya dalam menghubungkan antara dirinya dengan pemilik seluruh ruangan dan alam semesta, Allah Rabb al-‘alamin.
Termasuk arsitektur tempat-tempat ibadah seperti masjid, mushola, dan tempat-tempat yang disucikan seperti makam-makam juga tidak lepas dari upaya sasaran kreasi seni mereka. Arsitektur Islam yang umumnya terpusat pada berbagai bangunan masjid di dunia Islam, selalu menunjukkan nilai-nilai semangat, dan spirit anak-anak zaman yang antusias pada kecintaan keindahan. Bahkan Imam Syafi’i sebagai ulama besar abad ke-8 M yang sangat berpengaruh di dunia Islam Sunni, selalu mensejajarkan antara semangat keagamaan masyarakat dengan bentuk-bentuk bengunan masjidnya. Karena masjid merupakan jantung masyarakat yang ada di sekitarnya, jika yang menggunakannya sehat maka jantungnyapun akan sehat, begitupun sebaliknya.

Dalam rangka memperindah bangunan masjid, desain interior dengan pola-pola yang telah dijelaskan banyak ditemukan dihampir setiap masjid-masjid besar di dunia Islam, dari mulai di Cordova, Maroko, Mesir, Damaskus, Madinah, Makkah, Baghdad, Kuffah, sampai di India dan masjid-masjid di Nusantara Indonesia. Berbagai bentuk ruangan masjid yang berkembang pada umumnya mengikuti trends kebutuhan setempat, namun bangunan utama selalu menunjukkan pola yang sama yakni bujur sangkar, yang dilengkapi dengan ceruk yang menonjol ke luar bagian depannya bagi tempat imam. Kesamaan lainnya adalah adanya Mihrab sekalipun yang secara histories baru popular muncul pada masa Dinasti Amawiyah Damaskus, sebagai tempat yang aman dan terhormat bagi para khotib memberi fatwa dan nasehat-nasehat spiritual ketakwaan para jama’ah. Termasuk pula kolam-kolam atau tempat-tempat wudlu sebagai sarana thaharah sebelum mereka beribadah, semuanya tersedia ada di setiap masjid-masjid agung di dunia Islam.
Sebenarnya pusat masjid dunia Islam selalu terfokus pada tiga pusat bangunan suci Islam (the three-pan Islamic sanctuaries); Masjid al-Haram Makkah, Masjid al-Munawwaroh Madinah dan Masjid al-Aqsa Palestina. Ketiganya bukan hanya memiliki nilai histories dalam doktrin dan kewahyuan Islam, tapi juga karakteristik dan nilai estetikanya yang cukup tinggi, yang hampir tidak ditemukan kekurangannya dalam nilai dan fungsi sebuah bangunan suci.

C. Sains dan Teknologi Dalam Islam

Salah satu sumbangan terbesar Islam bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori pengetahuan tentang alam semesta dan cara-cara menerapkan pengetahuan tentangnya. Dalam banyak hal, hubungan antara ilmu pengetahuan (sains) dengan cara-cara menerapkannya (teknologi) telah banyak dicontohkan dan diujicobakan oleh sejumlah sarjana muslim pada sekitar abad ke-9 – 13 M.. Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tapi juga anugrah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka dapatkan, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tapi juga mereka dapatkan dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja. Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai bermacam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani,, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi berikutnya. Perbedaan yang mendasar antara sains dan teknologi adalah, sains lebih banyak berbicara tentang teori dan pengetahuan mengenai macam-macam objek baik yang bersifat mendasar maupun universal, objektif dan sistematik. Sedangkan teknologi lebih bersifat praktis, yakni ilmu tentang cara-cara menerapkan pengetahuan sains untuk memanfaatkan alam semesta bagi kesajahteraan dan kemudahan serta kenyamanan umat manusia. Keduanya sama-sama bersifat netral bagi kehidupan umat manusia, baik dalam hubungannya sekedar pengetahuan, maupun sebagai alat bagi kemudahan mereka hidup.

Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan dan metalurgi, matematika, kedokteran, pertanian, dan sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan system bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.). Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah klipatan yang sangat panjang. Penulisan bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875 M), selanjutnya Abul Hasan al-Uqlidisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkanya risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711 M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan di antara tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya, Kitab al-Uluf.
Bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optik yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya gravitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah”. Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia atau Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakariya al-Razy (w. 925 M) seorang dokter dan penulis kitab pengobatan yang cukup terkenal, juga Ibn Sina dengan Qonun fi al-Thib-nya. Keduanya sama-sama telah membuktikan penguasaannya dalam hal teknologi farmasi dan kedokteran. Dan hampir menjadi sebuah kebiasaan bahwa para ahli ini biasa merangkap dalam profesinya, selain sebagai filosof, astronom juga ahli dalam farmasi dan kedokteran.
Salah satu contoh pengembangan teknologi lainnya dalam Islam adalah ditemukannya penerapan teori-teori fisika dalam menentukan arah waktu dengan membuat jam melalui mekanisme gerak (escapement) air raksa, yang dibuat oleh al-Muradi pada abad ke 11 M. Termasuk Ridwan dan al-Jazary juga membuat jam dari gerakan air yang disambungkan dalam gir-gir bersegmen dan episiklus. Kincir air untuk mengambil air dari saluran yang lebih rendah untuk dinaikkan ke lokasi yang lebih atas, juga telah biasa digunakan di Murcia Spanyol, dan contohnya masih berfungsi sampai abad ke 13 M.
Demikian perkembangan sains, seni dan teknologi dalam Islam yang terangkum dalam wujud kebudayaan masyarakat Islam pada zamannya.

"Ilmu Sains" di dalam al-Quran dan Lain-lain Kejanggalan "



Dewasa ini, ramai para Muslimin telah muncul dan mempelopori teori mereka bahawa dalam Quran itu kononnya ada banyak fakta-fakta dan mujizat saintifik. Banyak laman-laman web, buku-buku serta video telah dicipta orang-orang Islam yang cuba menonjolkan Islam itu sebenarnya berpunca dari Allah, kononnya disokong oleh hujah-hujah yang 'tepat secara saintifik' dalam al-Quran dan Hadith. Kebanyakan risalah mereka bermula dengan pernyataan seperti berikut :
"Suatu hal yang mengkagumkan ialah bagaimana al-Quran 'menangani' ilmu Sains. Quran yang diwahyukan dalam abad ketujuh kepada Muhammad(saw) mengandungi fakta-fakta saintifik 'yang baru kini ditemui pada abad ini'. Ahli-ahli sains terkagum sahaja apabila mereka ditemukan dengan ketepatan dan kecocokan ayat-ayat al-Quran dengan penemuan sains moden."
Rencana ini akan meneliti hujah diatas. Ia juga akan mengkaji dengan rapi, ayat-ayat al-Quran yang dipetik orang Muslim sebagai kononnya menyokong 'mujizat saintifik' mereka. Kajian ini juga akan meneliti dan membongkar banyak kejanggalan dan kepelikan saintifik yang terkandung di dalam Quran dan Hadis yang disegani dan amat malu disebut-sebut oleh umat Islam - kerana kejanggalannya dan juga kerana amat jauh sekali dari kebenaran!.
Lebih kurang 90 peratus daripada 1 bilion orang Islam pada hari ini terdiri dari kelompok Sunni. Kelompok yang terbesar selepas Sunni ialah puak Shi'ah. Oleh itu, makalah ini akan meneliti dan mengkaji ajaran dan tafsiran kelompok para Sunni, yang merupakan majoriti pengikut-pengikut Islam hari ini. Contohnya, Hadith yang diikuti puak Sunni hari ini adalah hanya diikuti dan diimani oleh ahli Sunni sahaja tetapi ditolak sebulat-bulatnya oleh kebanyakan puak-puak Islam lain yakni ahli Shi'ah, 'Submitters'('Quran only') dan ahli Sufi. Puak Islam Shi'ah, misalnya, memiliki koleksi-koleksi Hadith sahih mereka sendiri, dan hadith-hadith mereka tidak bersetuju dan menolak secara terus-terang dengan 'Hadith Sahih Bukhari atau pun Muslim' dan lain-lain ahadith. Sebenarnya, pada hari ini terdapat lebih daripada 100 JUTA orang yang bergelar Muslim tetapi mereka tidak menerima atau mempercayai koleksi ahadith orang-orang Sunni. Walaupun begitu, kebanyakan perbincangan dalam rencana ini akan menumpukan perhatiannya kepada fahaman dan tafsiran puak Sunni sahaja.

1 ] Ciptaan Bumi
Al-Quran menyebut dalam Surah 50 ayat 38 bahawa:
"Sesungguhnya telah Kami jadikan beberapa langit dan Bumi dan apa-apa yang diantara keduanya dalam enam hari dan Kami tiada merasa payah ..."

Adalah satu hakikat sejarah bahawa nabi Muhammad telah bercampur-gaul dengan umat-umat Yahudi dan Kristian. Dan lagi satu hakikat ialah banyak daripada isi kandungan Quran itu diambil (induknya) daripada AlKitab umat Kristian dan Yahudi. Di nas ini kita diberitahu bahawa - sama seperti catatan dalam Buku Kejadian dalam Alkitab al-Mukkadas - Bumi telah dicipta dalam enam hari.
Para Muslim yang mencuba mencocokkan atau menyelaraskan ajaran al-Quran dengan Sains moden, mentafsirkan bahawa 'Satu hari bagi Allah dan malaikatNya adalah bersamaan dengan 50,000 tahun'. Ini diambil dari surah 70 ayat 4. Jadi, mengikut hitungan matematik, para Muslim cuba menghujah bahawa Bumi telah dicipta dalam 300,000 tahun (6 hari x 50,000 tahun). Teori ini amatlah cetek lojiknya tetapi menarik. Ia menarik kerana perhitungan ini tidak didukung atau disokong oleh kajian Sains Moden! Menurut Sains Moden, ia telah memakan masa selama BEBERAPA BILION TAHUN untuk mencapai keadaan pada hari ini. Berbilion tahun telah berlalu sebelum wujudnya pepohon, dan beribu bilion lagi sebelum wujudnya binatang haiwan!

Surah 70 ayat 4 :
"Malaikat-malaikat dan roh naik kepadaNya dalam SEHARI yang lamanya LIMA PULUH RIBU Tahun."
Ayat ini membawa lebih banyak masalah lagi bagi al-Quran, kerana ayat ini bertentangan secara langsung dengan ayat-ayat Quran lain. Misalnya Surah 32/5 dan surah 22/47 kedua-dua sebut bahawa :
"Sesungguhnya SEHARI disisi TUHAN-Mu seperti SERIBU Tahun dari apa yang kamu hitung."
Jadi, jelaslah dapat dilihat percanggahan dan perselisihan dalam Quran - Sehari itu 50,000 tahun ATAU hanya 1,000 tahun?
Juga, untuk menyatakan bahawa Allah telah mengambil masa selama 300,000 tahun untuk mencipta Bumi merupakan satu PENGHINAAN kepada-Nya. Kerana Dia hanya boleh berkata : "Jadilah engkau" lalu jadilah ia (iaitu Bumi).
"Dia yang menciptakan langit dan BUMI; apabila Dia menghendaki mengadakan sesuatu Dia berkata: Jadilah engkau. Lalu jadilah ia."
Surah 2 ay.117

Bukan sahaja teori Islam di atas ini bercanggah dengan Sains hari ini, malah ia bertentangan dan berselisihan dengan nas-nas Qurannya sendiri!
2 ] "Sains" Embrioloji
Pada tahun 1982, Keith Moore, seorang profesor di Universiti Toronto, telah menulis sebuah buku berjudul : "The Developing Human, edisi ke3". Di dalamnya Moore ceritakan kehairanannya dengan 'cerita pertumbuhan embrio di dalam Quran'. Selepas itu, dia telah menulis lagi satu buku yang berjudul "Human Development as described in the Quran and Sunnah" yang amat gemari dipetik oleh ahli-ahli puak Sunni. Mereka ini merujuk kepada ayat Quran tersebut :

"Kemudian Kami jadikan dia air mani (yang disimpan) di dalam tempat yang kukuh. Kemudian mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan sepotong daging, lalu sepotong daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian dia Kami ciptakan makhluk yang lain. Maka Maha suci Allah yang sebaik-baik menciptakan."
Surah 23 ay.13,14


Di permukaannya, pernyataan ini kelihatan 'ajaib' untuk dibuat oleh seorang "Arab dari abad ketujuh". Tetapi, apabila ayatnya dianalisa lebih lanjut dan dengan lebih teliti, terdapat penjelasan dan juga kesilapan yang ketara yang timbul bagi ayat tersebut. Mula-mula, kita boleh bertanya jika ayat itu adalah asli, dan kedua, adakah pernyataan itu tepat atau pun benar.
Ramai orang kagum dengan tersebutnya 'air mani' dalam ayat di atas. Tetapi ini bukanlah sesuatu yang istimewa! Jauh lebih lama sebelum timbulnya al-Quran, manusia sudah pun sedar akan wujudnya "Benih" yang keluar daripada buah zakar lelaki, semasa proses persetubuhan. Al-Kitab (Bible), satu Teks yang jauh lebih tua daripada Al-Quran, lebih awal lagi dari Quran telah menyebut tentang seorang lelaki yang dihukumi oleh Tuhan oleh sebab dia "membiarkan air maninya jatuh ke atas bumi". Kejadian 38 : 9-10.
Seluruh cerita tentang pertumbuhan kehidupan manusia dalam al-Quran bukanlah cerita yang asli. Ahli-ahli Sunni cuba mempelopori teori mereka bahawa Muhammad telah mengajarinya sebelum ditemui ahli-ahli sains. Tetapi ahli-ahli Sunni ini malangnya sudah tersilap! Hujah-hujah mengenai pertumbuhan seorang bayi di dalam rahim seorang ibu sudah pun diajari oleh Aristotle 1,000 Tahun sebelum tercatitnya al-Quran! Sebenarnya, Aristotle telah menceritakan dengan tepatnya mengenai tali pusat (umbilical cord) serta fungsinya -sesuatu yang tidak disebut dalam Quran. Ini menunjukkan hakikat bahawa tokoh-tokoh dan ahli-ahli falsafah bukan Islam sudah mengenal dan menganalisa hal-hal saintifik jauh lebih awal daripada Muhammad dan lebih daripadanya. SETIAP sebutan pertumbuhan seorang manusia di dalam al-Quran mengikut teori-teori Roma dan Yunani yang sudah wujud jauh lebih awal lagi!

Contohnya, ayat tersebut tentang air mani :
"Ia dijadikan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang punggung lelaki dan tulang dada..."
Surah 86:6,7

Kesilapan ayat ini amat jelas dan ketara! Dan ia juga meniru dan menciplak daripada teori-teori yang lebih awal lagi. Pertama, air mani tidak berasal "dari antara tulang punggung lelaki" jika begitu ertinya air mani berpunca daripada Buah Pinggang lelaki! Kami semua tahu hakikat air mani dibuat di dalam buah zakar (testicle) seorang lelaki. Tetapi orang sezaman dengan Muhammad - termasuk dia sendiri- jahil tentang hakikat tersebut! Sebelas abad sebelum munculnya Muhammad, seorang doktor Yunani bernama Hippocrates, menganjur teorinya bahawa air mani melalui buah pinggang sebelum sampai ke buah zakar lelaki. Teori air mani yang salah ini telah diterima tanpa disoal untuk berabad-abad lamanya.
Ada orang yang kata bahawa Muhammad tidak kenal orang-orang Rum atau Yunani. Tetapi, penduduk-penduduk tanah Arab sebelum kedatangan Islam, sudah pun bergaul dan berurusan dengan jajahan Byzantium, Syam, Mesir, Parsi dan juga Babylon. Terdapat juga ramai umat Yahudi dan Kristian yang telah bermastautin di sana. Umat-umat Yahudi dan Kristian ini sudah tentu kenal dan amat biasa dengan tamadun-tamadun Rum dan Yunani. Pada zaman Muhammad, umat Kristian sudah ada perhubungan dengan Rum. Yahudi pula ada pertalian dengan tamadun-tamadun di Babylon dan Parsi. Tidaklah mustahil, malah amat mudah sekali untuk konsep dan teori-teori tamadun-tamadun tersebut, termasuk teori pertumbuhan embrio yang silap itu, sampai kepada telinga Muhammad.
Akhir kata, mengimbas kembali kepada ayat-ayat Quran yang menyentuh pertumbuhan seorang bayi itu, saya akan akui bahawa itu juga adalah salah dan tidak masuk akal. Nas Quran berkata bahawa 'segumpal darah itu Kami jadikan sepotong daging, lalu sepotong daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang itu Kami bungkus dengan daging':Surah 23 ayat 13,14. Sebaliknya, hakikat Saintifik yang sebenar adalah tisu-tisu hidup yang bertumbuh terlebih dahulu, kemudian sahaja diikuti dengan pertumbuhan tulang yang akan semakin membesar dengan penambahan Kalsium bertahun-tahun selepas bayi itu dilahirkan. Jadi, ini menunjukkan satu daripada banyak kepelikan dan kesilapan 'saintifik' al-Quran.

Kepelikan-kepelikan Saintifik di dalam al-Quran dan Hadith.
Untuk mempercayai al-Quran adalah untuk menjadi tidak rasional dan mengabaikan kewarasan fikiran anda. Terdapat banyak mitos-mitos dan kesilapan-kesilapan Saintifik di dalam Al-Quran. Tetapi kebanyakan penganut Islam menerima ajaran-ajaran ini secara membuta sahaja. Dunia saintifik telah mengorak banyak langkah mencapai tahap pemikiran yang matang serta tinggalkan banyak pantang-larang serta sikap kebutaan dan ketakutan hasil daripada tamadun primitif budaya-budaya yang lalu. Malangnya, kerana nas al-Quran disanjung tinggi secara membuta dan tanpa disoal-siasat, maka terdapatlah banyak perkara di dalamnya yang ketinggalan zaman, amat pelik dan tidak tepat jika dibandingkan dengan kebenaran.
Sebagai permulaan, saya akan mengambil contoh daripada budaya Hindu. Menurut tradisi mereka, suatu hari, dewa Siva telah meninggalkan isterinya di rumahnya, isterinya pula telah mengambil kulit sendiri dan menjadikan seorang anak daripada kulit itu. Anaknya merupakan pelindung baginya dan juga rumahnya. Apabila Siva kembali ke rumahnya, anak itu telah dibunuhnya kerana dia telah menghalang Siva daripada memasuki rumahnya sendiri. Jadi, isteri Siva pun menjadi amat marah, dan Siva telah keluar dan memancung kepala seekor gajah dan mencantumkannya dengan tubuh anak yang telah dibunuhnya itu. Itulah sebabnya kenapa dewa Hindu Ganesh mempunyai tubuh seorang manusia tetapi berkepala gajah!
Adakah mana-mana orang Muslim yang mempercayai cerita ini ? Tentu Tidak! Ini adalah satu mitos, satu cerita dongeng yang tidak masuk akal dan tidak benar. Mitos ini telah direka oleh suatu budaya primitif. Jika amat mudah untuk menanggap mitos ini sebagai satu dongeng, umat Islam sendiri amatlah malang kerana mereka membuta kepada dongeng-dongeng di dalam nas Kitab Suci mereka sendiri. Marilah kita melihat beberapa contoh-contoh kesilapan-kesilapan Sains dan kesilapan fakta-fakta yang terdapat di dalam Al-Quran.

3 ] Cerita Pertuturan yang Sempurna Hazrat Isa Almasih semasa Baginda Seorang Bayi
Dalam Surah 19 ayat 29 -33, Al-Quran memberitahu bahawa Isa sebagai seorang bayi telah berbicara dengan sempurna dengan ibunya Maryam semasa dalam buaian. Kita semua tahu bahawa peristiwa ini tidak terjadi - menurut catatan dan rekod dalam Kitab Injil. Sebaliknya, seorang kanak-kanak seperti Hazrat Isa terlebih dahulu telah belajar bertutur dan berucap dengan betul, sebelum baginda boleh berbicara apa-apa dengan ibu-bapanya. Sebaliknya, catatan Al-Quran itu diambil daripada satu lagenda, satu mitos yang telah diterima oleh nabi Muhammad lalu diletakkannya ke dalam Al-Quran.

Lain-lain Kepelikan Sains di dalam al-Quran dan Hadith

4 ] Pokok dan Batu yang Bercakap
Hadith Sahih Muslim, Kitab 40, Nombor 6985:

Abu Hurairah telah Melapurkan :
Rasulullah (saw) berkata : 'Hari Kiamat tidak akan tiba sehingga para Muslim berperang dengan umat Yahudi. Umat Muslim akan membunuh orang-orang Yahudi sehingga mereka akan menyembunyikan diri disebalik batu atau pokok. Maka batu atau pokok itu akan berkata-kata : "Hai Muslim atau hamba Allah, ada seorang Yahudi disebalik saya. Marilah dan bunuh dia." Tetapi Pokok Gharqad tidak akan berkata apa-apa, kerana ia adalah pokok bangsa Yahudi.'
Seorang yang berfikiran waras dengan mudah dapat mengenepikan Hadith ini sebagai karut! Jelaslah ia miliki banyak kesilapan. Mula-mula, cerita pokok dan batu yang bercakap-cakap berpunca daripada sumber cerita dongeng dan mitos. Bagi sepohon pokok atau seketul batu untuk berbicara atau cakap, ia memerlukan otak, paru-paru, kotak suara dan lidah; disamping pemahaman Bahasa yang dituturkannya ! Lebih teruk lagi kekarutannya ialah : sepohon pokok yang bernama 'Gharqad' yang akan memihak kepada umat Yahudi !

5 ] Awan yang Bercakap
Tidak mencukupi dengan ide-ide janggal seperti pepohon dan batu-batan bercakap, al-Quran juga mengajari tentang awan yang bercakap. "Allah berkata kepada langit dan bumi : Datanglah kamu berdua, baik dengan patuh atau dengan terpaksa. Sahut keduanya, 'kami datang dengan patuh'." Surah 41 ayat 11. Ramai pembaca-pembaca tidak mengindahkan ayat ini, tetapi apabila kita mengkajikanya lebih lanjut, ia menimbulkan banyak lagi soalan yang sukar dijawab. Seperti: Bilakah wap air itu memiliki kesedaran? Adakah molikul air itu benda yang hidup? Dengan dua atom hidrojen dan satu atom oksigen; di manakah letaknya otaknya dan mana pula mulutnya ?
Cerita tentang benda-benda yang tidak hidup, tetapi beraksi seolah-olah organisma hidup, banyak terdapat dalam al-Quran. Ada cerita gunung-ganang yang takut (surah 33:72). Ketakutan, suatu emosi yang terhasil daripada reaksi kimia di dalam otak. Apakah Gunung-ganang, dicipta daripada batu, pasir dan debu mempunyai otak dimana reaksi-reaksi kimia ini berlaku ?

6 ] Tempat Matahari Terbenam "di Bumi"
Al-Quran dengan kata-kata yang jelas menyatakan bahawa seorang hamba Tuhan telah melihat Matahari terbenam ke dalam suatu 'mata air yang berlumpur hitam' dan di situ pula dia terjumpa dengan sekumpulan manusia. Ayatnya seperti berikut:
"Sehingga, apabila dia sampai di tempat terbenam Matahari, didapatinya matahari itu terbenam dalam mata air yang berlumpur hitam. Di sana didapatinya satu kaum. Kami berkata : Hai, Zulkarnain, adakalanya engkau siksa (kaum yang kafir itu) atau engkau perlihatkan kepada mereka kebaikan..."

Surah al-Kahfi 18 ayat 86
Adakah Matahari itu sebenarnya terbenam kedalam sebuah mata air yang berlumpur hitam? Menurut nas al-Quran di atas, begitulah hakikatnya.
Ini merupakan satu kesilapan sains dan kekarutan yang besar dalam al-Quran. Seorang manusia berjalan-jalan di bumi sehingga terjumpa dengan tempatnya Matahari terbenam-sebuah mata air yang berlumpur ! Menurut Sains serta ilmiah moden, Bumi yang berputar mengelilingi Matahari. Nas Quran di atas pula mengajar pertentangannya, bahawa matahari yang berputar, sehingga ia terbenam di Bumi! Jikalau Matahari bersentuhan dengan muka bumi ini, segala-galanya di bumi akan hangus terbakar! Juga, semua kehidupan yang ada akan mati serta-merta. Inilah satu lagi contoh jelas di mana terdapat ajaran-ajaran di dalam al-Quran yang tidak benar sama sekali dan tidak memihak kepada kebenaran.


7 ] Jin adalah Pemberita-pemberita Maklumat dari Syurga ! Dan Bintang-bintang boleh melempari mereka...
Satu lagi kepelikan ialah makhluk dalam Quran yang disebut sebagai jin. Umat Islam percaya bahawa jin-jin ini berdiri di atas bahu masing-masing sehingga mencapai menjangkau Syurga. Dari sana, mereka dapat mendengari perbincangan yang sedang diadakan. Ada Hadis yang dikisahkan oleh Aisha (Sahih Bukhari Jilid 9, Kitab 93, Nombor 650) yang mengatakan para dukun dan bomoh menerima sebahagian maklumat mereka dari Jin yang secara sembunyi-sembunyi mendapatkan maklumat mereka dengan memasang telinga mereka di ambang Syurga!

Surah 37 ay.6-8 berkata :
"Sesungguhnya Kami menghiasi langit yang hampir kedunia dengan perhiasan bintang-bintang. Dan untuk memeliharakan daripada tiap-tiap syetan yang durhaka. Mereka tidak dapat mendengar ke alam yang Mahatinggi, dan mereka dilempari dari tiap-tiap penjuru.."

Quran juga mengajari bahawa bintang-bintang diciptakan untuk melempari syetan-syetan supaya mereka tidak dapat mendengar apa yang dibincangkan di syurga. (Surah 67/5).
Pertamanya, jika Jin boleh menjangkau syurgawi dengan berdiri di atas bahu jin-jin lain, ertinya Syurga itu adalah pada jarak yang tetap dari Bumi. Jika ini benar, pada suatu hari nanti kita boleh terbang ke Syurga dengan menduduki pesawat space shuttle, atau melihatkannya melalui teropong teleskop! Lebih teruk lagi adalah kekarutan yang diajari, bahawa bintang dan tahi bintang boleh dijadikan lembing-lembing untuk melempari jin-jin itu! Pada hakikatnya, bintang-bintang tidak boleh bergerak, tetapi orang-orang Arab pada abad ke-7 tahun Masehi buta sains dan juga buta astronomi, dalam kejahilan mereka telah kelirukan tahi bintang dengan bintang-bintang. Penulis-penulis al-Quran dan Hadis telah mengelirukan 'tahi bintang' dengan bintang, dan mempelopori ajaran salah itu dalam Surah 37, 67 dsb, walhal mereka adalah dua hakikat yang berlainan.

8 ] Manusia Dapat Memahami Bahasa-bahasa Serangga dan Binatang-binatang
Menurut Quran, seorang manusia telah dapat memahami bahasa binatang-binatang. Kata surah 27/18-19 :
"Sehingga apabila mereka sampai kelembah semut, lalu berkata raja semut: 'Hai sekalian semut, masuklah kamu kedalam rumahmu, supaya kamu tidak dihancurkan oleh Sulaiman dan tenteranya'...
Lalu Sulaiman tersenyum serta tertawa, kerana mendengarkan perkataannya ..."
Walaupun pakar-pakar Zooloji telah berusaha mencari kaedah-kaedah serta cara berkomunikasi dengan beruk dan ungka, tidak ada mana-mana manusia yang telah dapat memahami "bahasa" spesies makhluk lain selain daripada spesies manusia. Kebolehan untuk berbicara seperti seorang manusia dicapai oleh pembentukan otak yang unggul dengan corak pemikirannya yang kompleks. Corak pemikiran kompleks ini tidak dimiliki oleh kebanyakan haiwan-haiwan yang lain. Jadi, untuk mengajar bahawa manusia dapat memahami "percakapan makhluk/haiwan spesies lain" adalah amat tidak masuk akal sekali!
Lebih teruk lagi kekarutan yang dianjurkan oleh Qu'ran bila ia kata manusia ini boleh memahami 'bahasa semut'! Adalah satu hakikat saintifik bahawa semut tidak mempunyai corak percakapan. Mereka berkomunikasi dengan mengesan jejak-jejak kimia, serta cara-cara penghiduan dan pembauan atau penyentuhan yang lain. Jadi semut sebenarnya berkomunikasi melalui penghiduan dan BUKAN gelombang-gelombang bunyi. Di gurun yang gersang tanah Arab pada abad ke-7 Tahun Masehi, kejahilan ini telah menyebabkan ajaran janggal yang tidak masuk akal diatas! Justru itu, kejahilan mengenai dunia haiwan ini juga membuktikan gubahan teks Kitab ini di tangan manusia sebenarnya, dan sekaligus memustahilkan teori sumber ilahi bagi Kitab tersebut. Tuhan Allah, yang Maha mengetahui, sudah tentu tidak akan melakukan kesilapan fakta-fakta seperti di atas ini.

9 ] Bulan dan Bintang adalah Lampu-lampu dan Pelita
Qu'ran menyebutkan bahwa Allah telah menciptakan langit bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis. Dia menciptakan tujuh langit, dan menghiasi langit yang terendah dengan pelita (Surah 67:3-5) dan memperindahnya dengan perhiasan bintang-bintang (Surah 37:6). Qur'an juga mengatakan bahwa bulan berada di dalam ketujuh langit ini (Surah 71:15-16). Jika bintang-bintang (lampu-lampu) berada di langit yang terendah, mereka adalah lebih dekat ke bumi berbanding dengan bulan, atau sekurang-kurangnya memiliki jarak yang sama terhadap bumi sebagaimana bulan. Kedua-duanya hujah ini secara ilmiah adalah salah dan tidak benar sama sekali. Adalah suatu kenyataan yang sudah diketahui ilmu Sains bahwa bintang-bintang berada di jarak lebih jauh lagi daripada Bumi, jika berbanding dengan jarak bulan dari Bumi.

10 ] Binatang Seperti Monyet Islam Harus Direjam Seperti Manusia
Hadith berikut ini berbicara tentang para monyet yang kononnya adalah Muslim:
Hadith Sahih Bukhari Jilid 5, Kitab 58, Nombor 188:
Disampaikan oleh 'Amr bin Maimun:
"Pada zaman jahiliyah sebelum Islam saya menyaksikan seekor monyet betina dikelilingi oleh sejumlah monyet-monyet lain. Mereka semua melemparinya dengan batu, kerana monyet betina itu telah melakukan perzinahan. Saya pun, ikut melempari batu bersama mereka."
Ini adalah syariat dalam Islam bahwa wanita yang melakukan perzinahan mestilah direjam (dilempari batu). Menurut Hadis Sahih Bukhari di atas para monyet juga dikenai hukum ini. Hukum-hukum syariah apa lagi yang wajib diikuti oleh para monyet? Apakah mereka juga diwajibkan untuk melakukan ziarah ke Mekah? Apakah mereka diwajibkan membaca Qu'ran? Apa yang merupakan perzinahan dalam dunia monyet? Sebenarnya, ini hanyalah cerita dongeng semata-mata. Ia mirip dengan cerita yang terdapat dalam Ramayana, suatu syair dan epik kepahlawanan Hindu kuno, yang berkisah tentang monyet Hanuman, dan bangsanya, bertarung untuk menguasai kerajaan monyet.

11 ] Kebolehan Wanita dan Anjing Untuk Membatalkan Solat
Terdapat Hadith Sahih Bukhari - Jilid 1, Kitab 9, Nombor 490 menyatakan bahawa Jika seorang wanita atau pun seekor anjing berlalu di depan kamu semasa kamu menjalankan doa dan solat anda, doa-doa itu tidak akan sampai ke Syurga! Implikasi Hadis ini berbau dengan chauvinisma terhadap wanita dan binatang. Lebih-lebih lagi, aspek saintifiknya juga cukup janggal dan amat mencurigakan serta tidak benar. Apakah dalam kuasa Wanita atau haiwan seperti Anjing yang boleh membatalkan doa ?? Adakah doa para Muslim dibawa oleh sejenis gelombang sonik yang boleh diganggu dan dibatalkan oleh wanita DAN anjing khususnya ?? Amat jelaslah tiada bukti saintifik langsung bagi mitos dan kekarutan hadith ini! Tidaklah heran, kerana terdapat banyak rujukan hadith lain yang menyatakan anjing itu 'jahat' dan harus dibunuh. HSB jilid 4, kitab 54 bernombor 540 berkata "Rasulullah perintahkan supaya anjing-anjing itu harus dibunuh."
12 ] Arahan-arahan yang Tidak Seimbang bagi Binatang-binatang
Apabila sampai kepada pembunuhan binatang, berlaku hukum-hukum yang macam-macam bagi jenis-jenis haiwan yang berbeda. Anjing harus dibunuh serta-merta, tetapi seekor ular diberikan peringatan kali pertama secara lisan jika datang ke rumah kamu. Jika ular itu datang untuk kedua kalinya, maka bunuhnya(Sunan Abu Dawud Kitab 41,Nombor 5240)! Terdapat hal yang menarik berkenaan dengan Hadith ini. Hari ini, melalui ilmu Sains kita mengetahui HAKIKAT bahwa seekor ular tidak dapat mendengar. Adalah cukup buruk dan janggal untuk menganggap bahwa binatang apapun akan memahami bahasa lisan manusia, tapi menganggap bahwa seekor binatang yang pekak, seperti ULAR akan memahami, adalah tidak masuk akal serta amat karut sekali. Sama saja dengan menulis pesan kepada seekor kelawar, dan meninggalkannya di pintu rumah sehingga si kelawar akan membacakannya kemudian.

13 ] Air Tidak Dapat dicemari oleh Apa-apa Kekotoran
Hadith berikut ini menunjukkan amalan-amalan kebersihan yang buruk Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya:
Sunan Abu Dawud Kitab 1, Nombor 0067:
Dilapurkankan oleh Abu Sa'id al-Khudri:
"Saya mendengar bahwa orang bertanya Nabi Allah (saw): 'Air diambilkan untukmu dari perigi Buda'ah. Itu adalah salah satu perigi dimana mayat anjing, kain pembalut haid wanita dan najis manusia dibuang. Nabi Allah (saw) menjawab: Sesungguhnya air adalah murni dan tidak dicemar oleh apa-apa pun."
Persoalan di sini bukan sahaja kesihatan, namun lebih kepada kurangnya pemahaman ilmiah dan sains kesihatan yang sebenar. Jelas bahawa saranan Islam diatas adalah jahil dan buta tentang hakikat bakteria, virus, dan kuman-kuman lain yang hidup dalam air. Kekotoran serta najis tubuh badan adalah penyebab utama air menjadi tercemar Escherichia coli (E. coli), bakteria yang biasanya terdapat dalam usus besar (kolon) yang boleh membunuh manusia bila termakan. Air yang tercemar mayat anjing atau pun cairan haid juga memudaratkan sama bahayanya.

Kesimpulan
Dalam zaman sains dan teknoloji yang sudah maju hari ini, umat Islam sedang terdesak mencari alasan-alasan menutupi kesilapan-kesilapan dan kejanggalan-kejanggalan saintifik jelas seperti yang terdapat di dalam al-Quran dan Hadis di atas. Para Muslimin cuba menyebutkan mujizat-mujizat ilmiah yang dinyatakan tanpa bukti di dalam Qur'an dan Hadis untuk mencuba buktikan dasar keilahian al-Qu'ran mereka. Dalam kajian singkat mengenai "ilmu Sains" Islam ini, pernyataan-pernyataan ini dengan jelas telah ditolak.Al-Qu'ran sendiri menyangkal sumber keilahiannya jika dapat dijumpai di dalamnya hanya satu perkara yang tidak benar, perselisihan atau kesilapan -
Surah 4/82 :
"Tidakkah mereka memperhatikan al-Qu'ran? Kalau sekiranya, ia dari sisi lain Allah, nescaya mereka peroleh di dalamnya perselisihan yang banyak."

Dari atas, sudah dihurai sekurang-kurangnya tiga-belas kesilapan. Lapan kesilapan daripada al-Quran dan lima daripada Hadith. Lapan daripada al-Quran itu termasuk juga perselisihan dengan ayat-ayat Quran sendiri. Ya, kami sudah memperhatikan dan mengkaji al-Qu'ran dengan berhati-hati, tetapi kami juga telah temui perselisihan diantara nas-nasnya sendiri. Bukan itu saja, malah Quran juga ada perselisihan ketara dengan fakta-fakta sains. Juga terdapat perselisihan nyata diantara al-Quran dengan Sejarah, dan juga perselisihannya dengan kebenaran secara amnya. Jelas tidak ada kekuatan ajaib atau ilahi yang memberikan nabi Muhammad pengetahuan 'ilmu saintifik'. Malah, maklumat yang ditonjol-tonjolkan sebagai saintifik itu sudah terbukti sebagai sangat jahil, buta sejarah dan buta sains serta tidak memihak kepada kebenaran sama sekali! Sementara kaum Muslim mendebat bahwa pengetahuan ilmiah yang sudah maju dalam Qur'an itu adalah merupakan tanda dari keilahian asal mereka, pemikir-pemikir yang waras serta pakar-pakar sains dan tokoh-tokoh lain mendapati bahwa kesilapan-kesilapan fakta, perselisihan serta kekeliruan ilmiah yang banyak dan nyata itu menunjukkan kepada asalnya yang sesungguhnya daripada tangan dan kata-kata manusia sahaja tetapi mustahil daripada Tuhan.


[Sebahagian Makalah ini diterjemahkan dari rencana seorang bekas Muslim, Denis Giron, dengan kebenarannya.]

OBROLAN DALAM ISLAM


Tersebutlah dalam buku-buku sejarah bahwa khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang terkenal juga sebagai khalifah Ar-Rasyid yang kelima, telah berhasil merubah gaya obrolan masyarakatnya.
Pada masa khalifah sebelumnya, obrolan masyarakat tidak pernah keluar dari materi dan dunia, di manapun mereka berada; di rumah, di pasar, di tempat bekerja dan bahkan di masjid-masjid.
Dalam obrolan mereka terdengarlah pertanyaan-pertanyaan berikut:

"Berapa rumah yang sudah engkau bangun? Kamu sudah mempunyai istana atau belum? Budak perempuan yang ada di rumahmu berapa? Berapa yang cantik? Hari ini engkau untung berapa dalam berbisnis? Dan semacamnya."

Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi pemimpin, dan setelah dia melakukan tajdid (pembaharuan) dan ishlah (reformasi), dimulai dari meng-ishlah dirinya sendiri, lalu istrinya, lalu kerabat dekatnya dan seterusnya kepada seluruh rakyatnya, berubahlah pola obrolan masyarakat yang menjadi rakyatnya.
Dalam obrolan mereka, terdengarlah pertanyaan-pertanyaan sebaai berikut:
"Hari ini engkau sudah membaca Al Qur'an berapa juz? Bagaimana tahajjud-mu tadi malam? Berapa hari engkau berpuasa pada bulan ini? Dan semacamnya."
Mungkin diantara kita ada yang mempertanyakan, apa arti sebuah obrolan? Dan bukankah obrolan semacam itu sah-sah saja? Ia kan belum masuk kategori makruh? Apalagi haram? Lalu, kenapa mesti diperbincangkan dan diperbandingkan? Bukankah perbandingan semacam ini merupakan sebuah kekeliruan, kalau memang hal itu masuk dalam kategori mubah?
Dari aspek hukum syar'i, obrolan yang terjadi pada masa khalifah sebelum Umar bin Abdul Aziz memang masuk kategori hal-hal yang sah-sah saja, artinya, mubah, alias tidak ada larangan dalam syari'at.
Akan tetapi, bila hal itu kita tinjau dari sisi lain, misalnya dari tinjauan tarbawi da'awi misalnya, maka hal itu menujukkan bahwa telah terjadi perubahan feeling pada masyarakat, atau bisa juga kita katakan, telah terjadi obsesi pada ummat.
Pada masa Sahabat (Ridhwanullah 'alaihim), obsesi orang -dengan segala tuntutannya, baik yang berupa feeling ataupun 'azam, bahkan 'amal -selalu terfokus pada bagaimana menyebar luaskan Islam ke seluruh penjuru negeri, dengan harga berapapun, dan apapun, sehingga, pada masa mereka Islam telah membentang begitu luas di atas bumi ini. Namun, pada masa-masa menjelang khalifah Umar bin Abdul Aziz, obsesi itu telah berubah.

Dampak dari adanya perubahan ini adalah melemahnya semangat jihad, semangat da'wah ilallah, semangat men-tarbiyah dan men-takwin masyarakat agar mereka memahami Islam, menerapkannya dan menjadikannya sebagai gaya hidup.
Al Hamdulillah, Allah swt memunculkan dari hamba-Nya ini orang yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang mampu memutar kembali "gaya" dan "pola" obrolan masyarakatnya, sehingga, kita semua mengetahui bahwa pada masa khalifah yang hanya memerintah 2,5 tahun itu, Islam kembali jaya dan menjadi gaya hidup masyarakat.
Tersebut pula dalam sejarah bahwa beberapa saat setelah kaum muslimin menguasai Spanyol, ada seorang utusan Barat Kristen yang memasuki negeri Islam Isbania (Nama Spanyol saat dikuasai kaum muslimin).
Tujuan dia memasuki wilayah Islam adalah untuk mendengar dan menyaksikan bagaimana kaum muslimin mengobrol, ya, "hanya" untuk mengetahui bagaimana kaum muslimin mengobrol. Sebab dari obrolan inilah dia akan menarik kesimpulan, bagaimana obsesi kaum muslimin saat itu.
Selagi dia berjalan-jalan untuk mendapatkan informasi tentang gaya an kaum muslimin, tertumbuklah pandangannya kepada seorang bocah yang sedang menangis, maka dihampirilah bocah itu dan ditanya kenapa dia menangis? Sang bocah itu menjelaskan bahwa biasanya setiap kali dia melepaskan satu biji anak panah, maka dia bisa mendapatkan dua burung sekaligus, namun, pada hari itu, sekali dia melepaskan satu biji anak panah, dia hanya mendapatkan seekor burung.
Mendengar jawaban seperti itu, sang utusan itu mengambil kesimpulan bahwa obsesi kaum muslimin Isbania (Spanyol) saat itu masihlah terfokus pada jihad fi sabilillah, buktinya, sang bocah yang masih polos itu, bocah yang tidak bisa direkayasa itu, masih melatih diri untuk memanah dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa orang tua mereka masih terobsesi untuk berjihad fi sabilillah, sehingga terpengaruhlah sang bocah itu tadi.
Antara obrolan orang tua dan tangis bocah yang polos itu ada kesamaan, terutama dalam hal: keduanya sama-sama meluncur secara polos dan tanpa rekayasa, namun merupakan cermin yang nyata dari sebuah obsesi.

Setelah masa berlalu berabad-abad, datang lagi mata-mata dari Barat, untuk melihat secara dekat bagaimana kaum muslimin mengobrol, ia datangi tempat-tempat berkumpulnya mereka, ia datangi pasar, tempat kerja, tempat-tempat umum dan tidak terlupakan, ia datangi pula masjid.
Ternyata, ada kesamaan pada semua tempat itu dalam hal obrolan, semuanya sedang memperbincangkan: Budak perempuan saya yang bernama si fulanah, sudah orangnya cantik, suara nyanyiannya merdu dan indah sekali, rumah saya yang di tempat anu itu, betul-betul indah memang, pemandangannya bagus, desainnya canggih, luas dan sangat menyenangkan, dan semacamnya.
Merasa yakin bahwa gaya obrolan kaum muslimin sudah sedemikian rupa, pulanglah sang mata-mata itu dengan penuh semangat, dan sesampainya di negerinya, mulailah disusun berbagai rencana untuk menaklukkan negeri yang sudah delapan abad di bawah kekuasaan Islam itu. Dan kita semua mengetahui bahwa, semenjak saat itu, sampai sekarang, negeri itu bukan lagi negeri Muslim.
Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah... Betapa seringnya kita mengobrol, sadarkah kita, model manakah gaya obrolan kita sekarang ini?
Sadarkah kita bahwa obrolan adalah cerminan dari obsesi kita?
Sadarkah kita bahwa obrolan kita lebih hebat pengaruhnya daripada sebuah ceramah yang telah kita persiapkan sedemikian rupa?
Bila tidak, cobalah anda reka, pengaruh apa yang akan terjadi bila anda adalah seorang ustadz atau da'i, yang baru saja turun dari mimbar khutbah, khutbah Jum'at dengan tema: "Kezuhudan salafush-Shalih dan pengaruhnya dalam efektifitas da'wah".
Sehabis shalat Jum'at, anda mengobrol dengan beberapa orang yang masih ada di situ, dalam obrolan itu, anda dan mereka memperbincangkan. Bagaimana mobil Merci anda yang hendak anda tukar dengan BMW dalam waktu dekat ini, dan bagaimana mobil Pajero puteri anda yang sebentar lagi akan anda tukar dengan Land Cruiser, dan bagaimana rumah anda yang di Pondok Indah yang akan segera anda rehab, yang anggarannya kira-kira menghabiskan lima milyar rupiah dan semacamnya.
Cobalah anda menerka, pengaruh apakah yang akan terjadi pada orang-orang yang anda ajak mengobrol itu? Mereka akan mengikuti materi yang anda sampaikan lewat khutbah Jum'at atau materi yang anda sampaikan lewat obrolan?
Sekali lagi, memang obrolan semacam itu bukanlah masuk kategori "terlarang" secara syar'i, akan tetapi, saya hanya hendak mengajak anda memikirkan apa dampaknya bagi da'wah ilallah.

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah... Sadarkah kita bahwa telah terjadi perubahan besar dalam gaya obrolan kita antara era 80-an dengan 90-an dan dengan 2000-an, obrolan yang terjadi saat kita bertemu dengan saudara seaqidah kita, obrolan yang terjadi antar sesama aktifis Rohis di kampus dan sekolah masing-masing kita.
Saat itu, obrolan kita tidak pernah keluar dari da'wah, da'wah, tarbiyah dan tarbiyah, namun sekarang?
Silahkan masing-masing kita menjawabnya, lalu kaitkan antara gegap gempita da'wah dan tarbiyah saat itu dengan seringnya kita mendengar adanya dha'fun tarbawi di sana sini.

SAY NO TO " GOSSIP "

"Eh...eh....lo taw ga seeeh.....si itu kan bgini bgini bgini lho...." dan banyak lagi kalimat2 sejenis yg mungkin sering kita dengar ataw bahkan ucapkan yg berbau/mengarah kpada pembicaraan ttg brita/gosip mengenai org lain ; baik itu seleb...gebetan/pacar...orang2yg kita kenal....sampe org2 yg ga/blm kita kenal.
Mungkin bagi kita yg tidak menyukai kgiatan bergunjing/bergosip seperti itu bertanya2 kenapa banyak banget orang2 yg malah suka bgt hal2 yg berbau gossip sperti itu.... yaaa... mungkin slain krn sudah sangat terbiyasa dengan hal itu dan kurang memahami ttg agama,mungkin karna mereka juga manusia yg sangat bisa terpengaruh oleh ligkungan sekitarnya....misalnya kalo seseorang bergaul dengan orang2 yg seluruhnya sangat mengemari hal2 sperti itu , walawpun pada awalnya ia tidak menyukai hal tsb ,  tapi sangat mungkin dkemudian hari ia pun akan ikut2 menyukai hal2/kegiyatan2 seperti itu...
Slain itu , Media pun sbenarnya menjadi salah satu pnyebab kenapa gosip/ghibah menjadi seperti sudah sangat mem-budaya.... Liat aja contohnya ; mulay dari banyak banget layanan2 sms yg menyediakan jasa memberikan gossip/kabar terbaru dr para seleb...halaman2 majalah/tabloid yg di isi dengan issue2 murahan plus ga penting ttg para seleb...dtambah lg,mulay dr pagi sampe sore,banyak media pertelevisian n radio yg menyajikan gossip mengenai selebritis baik itu seleb luar mawpun seleb dlm negri sendiri padahal jelas2 it hal2 yg tdk berbobot , hanya mnambah dosa dan membuang2 waktu...
Kenapa bergosip alias bergunjing alias berghibah itu tidak berbobot...? Ya iyaaaalaaaah.... Emang apa manfaatnya bagi kita? Apa itu akan menjadi salah satu soal yg kluar pada saat kita tes/ujian/ulangan? Apa dengan kita taw gosip terbaru itu membuat ilmu pngetahuan kita bertambah luas? lagipula...daripada banyak pngetahuan tentang gosip2 gitu,mendingan banyak pngetahuan tentang hal2 yg lebih berguna seperti apa aja yg udah tjadi dgn bangsa ini slm sekian kurun waktu ataw tau perkembangan ekonomi,teknologi,politik,dll di dalam negri n di luar negri atawpun hal2 positip lainya.
Terus...kok bergosip alias bergunjing alias berghibah itu bisa menambah dosa...?? yaaa....soalnya kan bergunjing itu byasanya ga cukup cuman satu kali....n byasanya kita akan terus menerus bergunjing n jadi terbiyasa dengan itu sampe2 kita sendiri juga ga sadar bahwa yg kita lakukan itu sdh termasuk bergunjing.... and dengan begitu...walawpun misalnya dosa ghibah itu termasuk dosa kecil pun , karna dlakukan berulang-ulang kali.... sangat mungkin dosa yg dtimbulkanya jauh lebih besar daripada dosa yg dtimbulkan karna kita mlakukan dosa besar satu kali .

Slain itu , Firman allah dlm q.s al-hujurat ; 12 ttg larangan berghibah :
"hai org2 yg beriman, jauhilah kbanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan org lain , dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yg lain . suka-kah kalian memakan daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya . dan bertakwalah kepada allah . sesungguhnya allah maha penerima tobat . "
Slain itu,mnurut Yusuf Qardhawi dalam "halal dan haram dalam islam" , Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka itu tidak ada di hadapannya. Ini menunjukkan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini salah satu bentuk daripada penghancuran. Sebab ini berarti melawan orang yang tidak berdaya. Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca.
Terus , Kenapa bergosip alias bergunjing alias berghibah itu membuang-buang waktu?
Karena ga ada manfaatnya sama sekali bagi kita... misalnya ada seleb yg digosipin cinlok sama lawan maenya dlm swatu film.... So what? Lha yg jatuh cinta dia , kok qt yg repot...? Trs...misalnya seorang temen mengatakan "eh...si itu tuh bgini bgini dan bgini" so...?? Kalo emang bener dia gt kenapa n kalo ternyata dia ga bgitu juga kenapa...?? Ngapain harus ngabisin waktu untuk hal2 yg sia2 seperti itu...apalagi kalo pake acara nyempein/ngaduin org yg ngomong itu ke org yg djadikan bahan omonganya itu...itu sama saja dengan ngadu domba...! ataw kalo kita udah pake acara nyebarin brita/gossip ke org2 n ternyata tuh gosip salah.....ya....bisa2 kita ga sadar bahwa itu sudah bukan hanya ghibah aja tapi juga sudah jadi suuzon ataw bahkan pitnah and itu termasuk dosa besar.
So... ngapain ngabisin waktu untuk bergosip/berggunjing...?slain hal2 spt itu ga berbobot , mnimbulkan dosa n buang2 waktu, itu juga bisa membuat imej yang ga bagus tentang kita.... yaa....kecuali kalo udah sangat terbiyasa dengan imej "bigos" alias biang gosip ataw perumpi/penggosip dan ga menganggap imej seperti itu adalah imej yg memalukan/ga bagus....
And dengan menghindari dr hal2 yg ga berguna sperti bergosip/bergunjing spt itu ,slain dpt menghindarkan diri dari mlakukan dosa besar , smoga aja allah menggolongkan kita pada golongan org2 yg menjauh dr perkara2/hal2 ga berguna yg dsayangi oleh allah pluz di rindu surga....
So,say no to bergossip right now....!! kalo bukan skarang , kapan lagi....? jangan sampe kita baru berpikir untuk berhenti mlakukan dosa stelah kita melihat malaikat izrail hendak mencabut nyawa kita.....

Jumat, 01 Januari 2010

PENASEHAT YANG PENUH KASIH SAYANG

Diriwayatkan oleh Sufyan Ats-Tsuary Rahimahullah bahwa Abu Dzar Radhillahu anhu berdiri di sisi Ka'bah seraya berkata : '' Wahai Manusia, saya adalah Jundab Al-Ghifary Sahabat Rasulullah Shollalahu 'Alayhi wa Sallam, kemarilah kalian untuk menemui saudara kalian yang menasehati dengan penuh kasih sayang.'' Maka tatkala mereka berkumpul disekelilingnya, Abu Dzar bertanya: ''Bukankah kalian tahu bahwa jika salah satu di antara kalian ingin berpergian maka dia akan mempersiapkan bekal yang layak baginya dan menyampaikannya ke tempat yang ia tuju?''

Mereka menjawab: ''Benar, memang demikian seharusnya wahai Abu Dzar.''

Abu Dzar pun berkata: ''Jika demikian, maka ketahuilah bahwa perjalanan di hari kiamat lebih jauh dari apa yang kalian tuju di dunia ini, maka ambillah bekal yang dapat menyelamatkan kalian.''
Mereka bertanya: ''Apakah bekal yang layak kami persiapkan untuk perjalanan tersebut wahai sahabat Rasulullah Shollalahu 'Alayhi wa Sallam?'' Beliau menjawab: ''Berhajilah kalian untuk menghadapi urusan yang agung, shaumlah kalian di hari yang panas untuk menghadapi lamanya berdiri di padang Mahsyar dan sholatlah dua rekaat di kegelapan malam karena kubur itu menakutkan.'' Mereka berkata: ''Semoga Allah membalas kebaikanmu wahai Abu Dzar, tambahkanlah nasihat anda untuk kami.''

Lalu beliau menambahkan: ''Berkatalah dengan ucapan yang baik dan jangan tanggapi ucapan buruk untuk menghadapi saat sendiri di padang Mahsyar, bersedekalah dengan hartamu, agar kalian selamat dari kesusahan di hari itu.''

Mereka berkata: ''Alangkah bagusnya nasehat anda wahai sahabat Rasulullah, teruskanlah nasihat ini!'' Beliau melanjutkan: ''Jadikan dunia untuk majelis dua hal, majelis untuk memburu akhirat dan majelis untuk mencari yang halal. Adapun yang ketiga, akan mendatangkan kemadharatan dan tiada memberikan manfaat bagimu. Jadikan harta milikmu menjadi dua bagian. Bagian pertama sebagai nafkah yang halal bagi keluargamu dan bagian kedua untuk bekal akhiratmu, selain itu akan mendatangkan madharat bagimu dan tidak akan memberikan manfaat padamu.'' Wahai manusia, bisa jadi rasa tamak dapat membunuhmu sedangkan kamu tak mampu mencegahnya.''

Sahabat yang agung ini telah menunaikan kewajiban dengan sebaik-baiknya, mengutaraakan dengan tegas kalimat yang benar dimanapun beliau berada. Dalam nasihatnya, beliau mengaitkan antara ibadah dengan akhlak. Beliau menyalurkan harta pada tempat yang tepat, ikut andil dalam memperbaiki masyarakat, memenuhi kebutuhannya dan melarang kebakhilan, menumpuk harta dan mengabdi kepada harta

Sudah semestinya pedapatan itu berasal dari yang halal, kemudian digunakan untuk nafkah yang wajib atau sedekah jariyah demi terealisasinya takaful ( bahu-membahu) dan keseimbangan dalam masyarakat muslim, sedangkan selain harta yang demikian itu maka akan mendatangkan madharat dan tiada manfaat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'Ala yang artinya :

''Dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri dan Allah-lah yang maha kaya sedangkan kamulah orang yang berkehendak (kepada-Nya).'' (Muhammad : 38)

Demikianlah nasehat dari saudara yang menasihati dengan penuh kasih sayang sebagaimana yang digambarkan Abu Dzar sendiri. Beliau menasihati mereka untuk berbekal taqwa dan amal shalih. Lalu beliau memberikan rincian bekal yang bermanfaat bagi mereka, yakni ibadah yang khusyu' dan tulus, menjauhi bencana lisan, mengarahkan semangat untuk mendapatkan yang halal, atau beramal untuk akhirat. Sungguh tidak ada lagi kejujuran, nasihat dan kasih sayang yang lebih besar dari itu

Diambil dari Kitab Haakadza.. Tahaddatsas Salaf , Dr. Musthafa Abdul Wahid

KISAH NABI YUSUF AS

Di antara nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah dua keutamaan: Kebaikan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Secara lahiriah, Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah seorang pemuda yang sangat tampan, dan secara batiniah beliau memiliki akhlak yang sangat mulia. Dengan dua hal ini, Nabi Yusuf ‘alaihissalam senantiasa bersabar ketika menjalani ujian-ujian yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala, termasuk ketika digoda oleh wanita cantik dari kalangan bangsawan.

Kisah ini adalah kisah paling menakjubkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkannya secara lengkap dan memaparkannya dalam satu surat khusus secara terperinci dan jelas. Membaca surat ini saja sudah cukup sehingga tidak butuh penafsiran. Dan dalam surat ini (Surat Yusuf), Allah Subhanahu wa Ta'ala menguraikan keadaan Nabi Yusuf ‘alaihissalam mulai dari awal hingga akhir kisah. Lengkap dengan peralihan tempat kejadian, pergantian situasi dan keadaan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِي يُوْسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِيْنَ

“Sesungguhnya ada beberapa tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.” (Yusuf: 7)

Akan kami sebutkan beberapa faedah penting yang disimpulkan dari sejarah besar ini. Dengan memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, kami memulainya.

BEBERAPA PELAJARAN PENTING DARI KISAH NABI YUSUF ‘ALAIHISSALAM

Kisah ini merupakan kisah yang paling baik dan jelas. Di dalamnya dipaparkan berbagai peralihan dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya; dari satu ujian ke ujian berikutnya, dan dari sebuah ujian kepada karunia yang besar, dari kehinaan kepada derajat kemuliaan, dari rasa aman kepada rasa takut dan sebaliknya, dan seterusnya. Maha Suci Allah yang telah menceritakan hal ini dan menjadikannya sebagai pelajaran berharga bagi mereka yang bisa menggunakan akalnya. Di antara pelajaran tersebut adalah:

1. Diterangkan dalam kisah ini berbagai landasan pokok tentang ta’bir atau tafsir mimpi. Ilmu ta’bir mimpi ini adalah ilmu yang cukup penting yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan umumnya, hal-hal yang berkaitan serta dijadikan permisalan (tamtsil) dan penyerupaan adalah tentang sifat atau keadaan.
Dengan demikian, maka sisi keterkaitan mimpi Nabi Yusuf ‘alaihissalam, di mana beliau melihat matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepadanya adalah sebagai berikut: Semua ini adalah benda-benda yang menghiasi langit, yang mempunyai berbagai manfaat. Begitu pula halnya para nabi, ulama, orang-orang pilihan, mereka adalah perhiasan di muka bumi. Dengan perantaraan mereka, seseorang akan terbimbing dalam kehidupannya di bumi sebagaimana dia terbimbing pula dengan cahaya dari langit (angkasa raya).
Ayahnya (Nabi Ya’qub ‘alaihissalam) dan ibunya adalah sumber (asal), sedangkan saudara-saudaranya adalah cabang (furu’). Maka sangat sesuai jika bentuk dan cahaya asal atau sumber lebih besar daripada cabang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa matahari atau bulan adalah permisalan bagi ayah atau ibunya. Bintang-bintang menggambarkan saudara-saudaranya. Dan menyangkut hal ini, bahwa orang yang bersujud menunjukkan penghormatannya kepada yang dia sujudi. Dan yang menerima sujud ini, dia diagungkan lagi dihormati. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjadi seorang yang diagungkan dan dihormati oleh kedua ibu bapaknya serta saudara-saudaranya.
Namun hal ini tidak akan sempurna kecuali dengan beberapa pendahuluan yang menggiring kepada semua perkara ini. Di antaranya adalah ilmu dan amalan serta sebagai pilihan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

وَكَذلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ

“Dan demikianlah Rabbmu, telah memilihmu.” (Yusuf: 6)

Terkait dengan mimpi kedua pemuda yang dipenjara bersama Nabi Yusuf ‘alaihissalam, beliau menta’birkan (menafsirkan) mimpi seorang di antara mereka yang memeras anggur. Dan ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan pekerjaan ini biasanya adalah pelayan bagi orang lain. Juga kenyataan bahwa perasan anggur itu untuk orang lain, sedangkan pelayan biasanya mengikuti yang dilayani. Atau dapat pula ditakwilkan memeras anggur di sini dengan memberi minum, yang juga menunjukkan pelakunya adalah pelayan bagi orang lain. Oleh sebab itulah beliau menakwilkannya kepada hal yang sesuai.
Adapun mimpi orang yang melihat dirinya membawa roti di atas kepalanya dan sebagiannya dimakan oleh burung, beliau menakwilkan bahwa dia akan dibunuh dan disalib sehingga burung memakan otaknya.
Lalu beliau menafsirkan mimpi Raja Mesir yang melihat beberapa ekor sapi dan butir-butir gandum sebagai masa-masa subur dan paceklik. Hubungannya adalah bahwa melalui raja itulah terikatnya segala persoalan kemaslahatan rakyat. Apabila rajanya baik maka baik pula urusan rakyat, dan apabila rajanya buruk (akhlaknya) urusan rakyatnya juga akan rusak. Inilah hubungan ketika dia melihat mimpi itu.
Apalagi tahun-tahun kesuburan dan paceklik terkait dengan keteraturan kehidupan atau tidaknya. Sapi termasuk alat untuk membajak tanah dan mengolah pertanian. Di sini terlihat adanya sebab dan akibat. Dalam mimpi itu terlihat pula 7 ekor sapi gemuk dan 7 ekor sapi kurus, 7 tangkai gandum yang hijau dan 7 tangkai yang kering. Maksudnya, tentu akan ada 7 tahun yang subur yang disusul 7 tahun kekeringan. Apa yang didapatkan dari pertanian diambil dan tidak disisakan kecuali sedikit yang mereka simpan.
Kalau dikatakan darimana diambil pengertian ayat:

ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ

“Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan dan di masa itu mereka memeras anggur.” (Yusuf: 49)

Karena beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa ini adalah tambahan dari Nabi Yusuf ‘alaihissalam dalam menerangkan takwil mimpi menurut wahyu yang diterimanya?
Jawabnya: Persoalannya tidaklah demikian. Sesungguhnya perkataan tersebut juga diucapkan berdasarkan mimpi raja itu. Karena masa-masa kekeringan hanya 7 tahun. Ini menunjukkan akan datang sesudahnya tahun-tahun kesuburan penuh keberkahan, yang akan menghapus kekeringan yang terjadi pada masa paceklik yang tidak dapat terhapus oleh masa-masa subur yang biasa. Namun hanya akan hilang dengan masa subur yang luar biasa keadaannya. Ini sangat jelas dan termasuk mafhum al-’adad (dikaitkannya suatu hukum dengan jumlah tertentu, ed).

2. Di dalamnya terdapat dalil atau bukti tentang kenabian Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yaitu dengan diceritakannya sejarah ini secara terperinci dan panjang lebar kepada beliau sesuai kenyataan, yang mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Padahal beliau tidak (bisa) membaca kitab orang-orang terdahulu. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah belajar kepada seorangpun, sebagaimana yang jelas diketahui oleh kaumnya. Beliau sendiri adalah seorang ummi, tidak pandai membaca dan menulis. Sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ذلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُوْنَ

“Demikian itu di antara berita ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal kamu tidak berada di sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya dan mengatur tipu daya.” (Yusuf: 102)


3. Sepantasnya seorang manusia menjauhi faktor-faktor atau jalan yang mendorongnya kepada kejahatan. Dan hendaknya dia menyembunyikan hal-hal yang dikhawatirkan menimbulkan kemudaratan bagi dirinya. Sebagaimana perkataan Nabi Ya’qub kepada Yusuf dalam kisah ini:

لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوا لَكَ كَيْدًا

“Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan membuat makar terhadapmu.” (Yusuf: 5)

4. Bolehnya menerangkan sesuatu yang tidak menyenangkan kepada seseorang dengan jujur dan sebagai nasehat bagi dirinya dan orang lain yang terkait. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang ucapan Nabi Ya’qub:

فَيَكِيْدُوا لَكَ كَيْدًا

“Maka mereka akan membuat makar terhadapmu.” (Yusuf: 5)

5. Bahwa kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada seseorang adalah nikmat pula bagi orang-orang yang berkaitan atau berhubungan dengannya, baik keluarga, kerabat, ataupun sahabat-sahabatnya. Tentunya semua itu mencakup atau meliputi mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوْبَ

“Dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub.” (Yusuf: 6)

Yaitu dengan semua yang engkau terima. Oleh karena itu, ketika nikmat itu semakin sempuna dirasakan oleh Nabi Yusuf, keluarga Nabi Ya’qub juga mendapatkan kemuliaan, kekuasaan dan kegembiraan. Hilanglah hal-hal yang tidak menyenangkan yang selama ini mereka rasakan dengan munculnya hal-hal yang menyenangkan sebagaimana disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di akhir kisah ini.

6. Nikmat paling besar yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada manusia adalah nikmat diniyah (agama Islam). Dan semua itu harus ada sebab-sebab yang mendahuluinya serta jalan-jalan yang membawa kepada kenikmatan ini. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala –Yang Maha Memiliki hikmah dan mempunyai sunnah (aturan) yang tidak berubah– telah menetapkan bahwa cita-cita yang tinggi tidak mungkin tercapai kecuali dengan sebab yang bermanfaat. Khususnya dalam hal ini adalah ilmu bermanfaat berikut cabang-cabangnya, seperti akhlak dan perbuatan. Oleh karena itulah Nabi Ya’qub mengetahui bahwa Yusuf telah mencapai kedudukan yang mulia ini, di mana ayah ibunya serta saudara-saudaranya tunduk hormat kepadanya. Semua ini sudah tentu dengan kemudahan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada Nabi Yusuf untuk menempuh sebab atau jalan menuju derajat yang tinggi ini. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَكَذلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ اْلأَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ

“Dan demikianlah Rabbmu, telah memilih kamu dan mengajarkan kepadamu sebagian takwil mimpi dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu.” (Yusuf: 6)

7. Sikap adil adalah perkara yang sangat dituntut dalam setiap permasalahan. Dalam masalah hubungan penguasa dan rakyatnya, kedua orang tua dengan anak-anaknya, hak-hak para isteri, dan lain-lain yang juga berkaitan dengan hubungan kasih sayang dan itsar (mengutamakan orang lain). Menegakkan keadilan dalam setiap permasalahan ini akan berbuah keserasian semua persoalan besar dan kecil sekaligus akan mendatangkan segala sesuatu yang disenangi.

Sebaliknya, apabila keadilan itu tidak ada, jelas akan menyebabkan kerusakan dan hal-hal yang tidak menyenangkan tanpa terasa. Karena itulah ketika Nabi Ya’qub ‘alaihissalam melebihkan rasa kasih sayangnya terhadap Yusuf menimbulkan ketidaksenangan pada saudara-saudara Yusuf terhadap ayah dan saudara mereka ini.

8. Peringatan keras tentang bahayanya dosa. Betapa banyak dosa yang melahirkan dosa-dosa berikutnya. Perhatikan kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka ingin memisahkan Yusuf dari ayahnya, dan ini adalah suatu kejahatan. Kemudian mereka melancarkan berbagai muslihat. Mereka berdusta hingga beberapa kali, misalnya dengan menunjukkan baju Nabi Yusuf yang berlumur darah palsu kepada Ya’qub. Juga ketika mereka pulang sore hari sambil menangis. Jelas bahwa ucapan-ucapan yang terdapat dalam kasus ini berantai dan berbelit-belit.
Bahkan tidak jarang hal ini berlanjut ketika mereka berkumpul dengan Yusuf dan setiap kali membahas masalah ini. Namun semuanya adalah dusta dan palsu, dengan musibah yang terus menimpa Nabi Ya’qub serta Nabi Yusuf. Maka hendaklah seorang manusia berhati-hati dari perbuatan dosa, terutama dosa yang datang susul menyusul.
Lawan dari ini semua adalah sebagian ketaatan, yang merupakan satu ketaatan, akan tetapi manfaatnya berkelanjutan. Demikian pula berkahnya. Bahkan semua ini dapat dirasakan tidak hanya oleh pelakunya, tapi juga oleh orang lain. Semua ini merupakan pengaruh paling besar dari berkah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada seseorang baik dalam ilmu dan amalannya.

9. Pelajaran berharga bagi seorang hamba bergantung kepada kesempurnaan di akhir perjalanan, bukan pada kekurangan yang ada di awalnya. Begitu pula halnya anak-anak Nabi Ya’qub ‘alaihissalam. Terjadi berbagai kekeliruan di awal kisah kehidupan mereka. Kemudian semua itu berujung pada taubat nashuha (taubat yang benar), pengakuan yang tulus, dan pemaafan yang sempurna dari Yusuf dan ayah mereka, serta doa kebaikan dan ampunan serta rahmat bagi mereka. Kalau seorang manusia telah memberikan keringanan atau memaafkan seseorang berkaitan dengan suatu hak tertentu, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih berhak berbuat demikian. Dan Dia adalah Sebaik-baik Yang Penyayang lagi Maha Pengampun.
Oleh karena itulah yang paling benar dari semua pendapat yang ada bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan mereka sebagai nabi dengan menghapus semua kekeliruan yang telah mereka lakukan. Seakan-akan pernyataan ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَاْلأَسْبَاطِ

“Dan (beriman) pula dengan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan al-asbath.” (Ali ‘Imran: 84)

Al-Asbath adalah anak-anak Ya’qub yang duabelas orang dan anak cucu mereka. Pendapat ini diperkuat dengan mimpi yang dilihat Nabi Yusuf bahwa mereka adalah bintang-bintang, yang mempunyai cahaya dan petunjuk. Semua ini adalah sifat-sifat yang juga terdapat pada diri para nabi. Seandainya mereka bukan tergolong nabi, mereka adalah para ulama di kalangan hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala.

10. Dalam kisah ini diterangkan betapa besar anugerah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada Yusuf berupa ilmu, hilm (kelemahlembutan/tidak tergesa-gesa), akhlak yang mulia, berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada agama-Nya. Juga pemberian maaf yang segera dilakukannya terhadap saudara-saudaranya yang bersalah. Hal itu semakin lengkap ketika beliau mengatakan bahwa tidak ada cercaan atas mereka sesudah pemaafan ini. Kemudian kebajikannya yang besar kepada kedua ibu bapaknya, limpahan kebaikannya kepada saudara-saudaranya serta makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala pada umumnya. Semua ini sangat jelas tergambar dalam sejarah hidup Nabi Yusuf ‘alaihissalam.

11. Sebagian kejahatan lebih ringan dari yang lain. Menempuh suatu kemudaratan yang lebih ringan dari dua mudarat yang ada jelas lebih utama. Maka tatkala saudara-saudara Nabi Yusuf mengatakan (dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala):

اقْتُلُوا يُوْسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا

“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah.” (Yusuf: 9)

Lalu ada yang memberikan saran (dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala):

لاَ تَقْتُلُوا يُوْسُفَ وَأَلْقُوْهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِيْنَ

“Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi lemparkanlah dia ke dasar sumur supaya dipungut oleh sebagian musafir, kalau kamu hendak berbuat.” (Yusuf: 10)

Tentunya perkataan ini lebih baik dari pendapat yang lain dan lebih ringan. Sehingga berdasarkan hal ini pula menjadi ringan pula dosa mereka. Ini merupakan sebagian dari sebab atau jalan yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala takdirkan bagi Nabi Yusuf untuk mencapai derajat yang diinginkan.

12. Segala sesuatu yang diperoleh dari suatu usaha dan menjadi bagian dari harta, namun orang-orang yang mengusahakannya tidak mengetahui bahwa itu tidak dilandasi syariat, maka tidak ada dosa bagi yang langsung memperjualbelikannya, memanfaatkan, atau menggunakan untuk suatu kepentingan. Dalam kisah ini, boleh dikatakan Nabi Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya dengan cara yang (sesungguhnya) diharamkan bagi mereka. Kemudian beliau dibeli oleh sebagian musafir berdasarkan anggapan bahwa beliau adalah budak saudara-saudaranya. Setelah itu mereka membawanya ke Mesir dan menjualnya kembali.

Tinggallah beliau bersama majikannya sebagai seoang pelayan atau budak. Namun di tengah-tengah mereka, Nabi Yusuf adalah seorang pelayan yang dihormati. Allah Subhanahu wa Ta'ala menamakan jual beli yang dilakukan musafir itu muamalah, dengan alasan yang telah kami paparkan.

13. Dalam kisah ini disebutkan bahaya berkhalwat (berduaan) dengan wanita ajnabiyah (bukan isteri atau budak dan bukan mahram), khususnya wanita-wanita yang dikhawatirkan akan menjerumuskan kepada fitnah. Juga anjuran agar menjauhi perasaan cinta atau suka yang dapat menimbulkan mudarat.
Dalam kisah ini, disebutkan bagaimana isteri pembesar tersebut mengalami hal ini karena sendirian bersama Yusuf ditambah lagi rasa cinta yang demikian hebat sehingga akhirnya dia menggoda Yusuf dengan cara sedemikian rupa. Akan tetapi kemudian dia justru mengingkari bahwa dialah yang merayu Nabi Yusuf sehingga akhirnya Nabi Yusuf dipenjara untuk waktu yang lama.

14. Keinginan yang ada dalam diri Nabi Yusuf yang kemudian beliau tinggalkan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala dan karena bukti keimanan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala letakkan dalam hatinya, termasuk hal-hal yang menaikkan derajat beliau semakin dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena suatu keinginan adalah salah satu faktor pendorong yang timbul dari hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada kejahatan. Ini adalah naluri atau tabiat yang ada pada anak Adam (manusia).

Maka apabila keinginan itu terlaksana dengan kemaksiatan dan tidak ada sesuatu, baik keimanan ataupun rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menghalanginya dari kemaksiatan itu, maka dia telah terjatuh kepada dosa. Dan jika seseorang itu beriman sempurna, maka keinginan naluriah ini apabila dihadapi oleh iman yang benar dan kuat, akan mencegahnya dari pengaruh yang ditimbulkan oleh keinginan tersebut, meskipun dorongan itu demikian hebat. Dan Nabi Yusuf ‘alaihissalam berada di atas tingkatan ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لَوْلاَ أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ

“Andaikata dia tidak melihat tanda dari Rabbnya.” (Yusuf: 24)
Hal ini ditunjukkan pula dalam ayat:

كَذلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ

“Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Yusuf: 24)

Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mengistimewakannya, dan kekuatan iman serta keikhlasannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala melepaskan beliau agar tidak terjerumus kepada perbuatan dosa. Jelas dari kisah ini bahwa Nabi Yusuf adalah termasuk segelintir manusia yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Beliau termasuk yang paling tinggi derajatnya di antara 7 golongan dari orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta'ala lindungi dengan naungan-Nya pada hari yang tidak ada lagi naungan selain naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyebutkan dalam sabda beliau bahwa salah satu dari tujuh golongan itu adalah seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita kaya dan cantik jelita, namun laki-laki itu berkata:
“Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”1

Sementara keinginan wanita itu yang tidak ada yang menghalanginya, tetap mendorongnya untuk merayu Nabi Yusuf. Adapun keinginan yang muncul pada Nabi Yusuf kemudian lenyap dengan seketika setelah melihat burhan (tanda) dari Rabbnya.

15. Keimanan yang telah tertanam dalam kalbu seseorang, kemudian hati itu diterangi cahaya ma’rifat (pengenalan) dan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam segenap keadaannya. Allah Subhanahu wa Ta'alaakan menjauhkannya dari setiap kejahatan dan kekejian dengan tanda keimanannya itu. Bahkan juga menjauhkannya dari berbagai jalan kemaksiatan sebagai balasan keimanan dan keikhlasannya. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebutkan bahwa hal-hal inilah yang menjadi alasan Dia menjauhkan kejelekan dan kekejian itu dari Nabi Yusuf. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

كَذلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلِصِيْنَ

“Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang mukhlis (berbuat ikhlas).” (Yusuf: 24)

Arti seperti ini apabila disandarkan kepada bacaan yang melafadzkan bunyi lam pada kata mukhlas dikasrah (berbunyi i), sehingga dibaca mukhlis yang artinya sebagaimana yang tercantum. Sedangkan menurut bacaan yang melafalkan lam dengan bunyi a tadi (mukhlash), artinya ialah apabila seorang hamba yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala bersihkan dan Allah Subhanahu wa Ta'ala pilih, maka tentulah dia seorang yang mukhlis, dengan demikian kedua pengertian ini saling berkaitan.

16. Apabila seseorang diuji dengan berada di tempat yang mengandung fitnah dan jalan yang membawa kepada kemaksiatan, hendaknya dia segera berupaya menghindar dan meninggalkan tempat itu semampunya agar selamat dari kejahatan tersebut. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Yusuf yang menyelamatkan dirinya menuju pintu keluar sementara wanita itu berusaha menarik bajunya dari belakang.

17. Suatu qarinah (indikasi) atau hal-hal yang mendukung dapat digunakan ketika terjadinya kesamaran dalam suatu tuduhan. Artinya, perlunya saksi dalam menentukan suatu keputusan dari suatu kasus, di mana dalam kasus Nabi Yusuf ini ditetapkan dengan adanya qarinah (tanda yang mendukung). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِيْنَ. وَإِنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ

“Jika bajunya koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika bajunya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” (Yusuf: 26-27)

Akhirnya keputusannya sesuai dengan fakta yang benar. Juga qarinah terdapatnya piala raja di dalam karung saudaranya, ketika para penjaga itu menyebutkan bahwa mereka kehilangan piala raja.

17. Dalam kisah disebutkan tentang ketampanan lahir batin yang dimiliki Nabi Yusuf. Dari ketampanan lahiriah yang dimilikinya menyebabkan tumbuhnya rasa cinta begitu hebat dalam diri wanita bangsawan itu. Dan ketika dia mendengar para wanita di kota itu mencelanya, dia mengundang mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلاَّ مَلَكٌ كَرِيْمٌ

“Maka tatkala wanita itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau, lalu dia berkata (kepada Yusuf): ”Keluarlah kepada mereka!” Tatkala para wanita itu melihatnya, mereka kagum akan (ketampanannya), dan mereka mengiris jari mereka dan berkata: “Maha Suci Allah. Ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain adalah malaikat yang mulia.” (Yusuf: 31)

Sedangkan keindahan batin beliau, terlihat dari sikap ‘iffah (menjaga kehormatan) yang besar pada diri beliau, seiring dengan adanya dorongan yang kuat untuk terjerumus kepada kemaksiatan. Akan tetapi cahaya keimanan dan kekuatan keikhlasan yang tidak mungkin seorang mulia menyimpang dari keduanya, dan tidak mungkin terkumpul pada orang yang hina (telah menahan beliau dari semua itu).

Bahkan telah dijelaskan pula oleh isteri pembesar itu bahwa dua karakter (kecantikan lahir dan batin) ini ada pada diri Nabi Yusuf. Yakni, ketika dia memperlihatkan kepada para wanita itu kecantikan lahiriah yang diakui pula oleh mereka bahwa kecantikan ini tidak mungkin ada pada manusia, isteri pembesar itu berkata, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebutkan dalam ayat:

وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ

“Dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya kepadaku, tapi dia menolak.” (Yusuf: 32)

Kemudian dia mengatakan pula sesudah perkataan itu:

اْلآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِيْنَ

“Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya kepadaku, dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (Yusuf: 51)

18. Nabi Yusuf ‘alaihissalam lebih memilih dipenjara daripada terjerumus kepada kemaksiatan. Demikianlah seharusnya ketika seseorang dihadapkan kepada satu dari dua pilihan; jatuh kepada kemaksiatan atau menerima hukuman dunia. Seharusnya dia memilih hukuman duniawi yang justru di balik itu terdapat pahala dari beberapa sisi, pahala atas pilihannya terhadap keimanannya daripada keselamatan dari hukuman dunia, pahala dari segi bahwa hal ini adalah bentuk penyucian dan pemurnian seorang mukmin, di mana hal ini termasuk dalam kerangka jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Juga pahala dari sisi musibah yang diterimanya serta sakit yang dirasakannya.

Maha Suci Allah yang memberikan kenikmatan dan menunjukkan kelembutan-Nya kepada hamba-hamba pilihan-Nya melalui cobaan atau ujian-Nya. Hal ini juga merupakan tanda-tanda keimanan dan kebahagiaan.
(Bersambung, Insya Allah)

(Diambil dari kitab Taisir Al-Lathif Al-Manan fi Khulashah Tafsiri Al-Qur`an karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah)